3 Balita di Surabaya Terinfeksi Varian Omicron, Ini Gejalanya

3 Balita di Surabaya Terinfeksi Varian Omicron, Ini Gejalanya

WJtoday, Surabaya - Berdasarkan catatan Dinkes Provinsi Jatim, terdapat 8 kasus Omicron di provinsi ini, 3 di antaranya merupakan balita yang berasal dari Surabaya.

Ketiga balita itu masing-masing TGO (4 tahun) laki-laki; AR (4) laki-laki; dan QIZ (2) perempuan.

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim, dr Sjamsul Arief MARS SpA(K) mengungkapkan, gejala balita yang terpapar Omicron relatif lebih ringan yakni seperti flu biasa.

Meski bergejala ringan, namun Sjamsul mengingatkan untuk tidak meremehkan varian Omicron. Pasalnya, sembilan negara bagian di Amerika Serikat (AS) telah melaporkan peningkatan jumlah rawat inap anak yang terinfeksi Covid-19. Demikian halnya studi terbaru di Inggris yang menunjukkan ada peningkatan proporsi anak kecil yang dirawat di rumah sakit dalam satu bulan terakhir.

"Di Surabaya memang belum ada balita yang sampai dirawat di Rumah Sakit karena Omicron, karena memang gejalanya yang ringan seperti flu biasa. Tapi penularan Omicron ini sangat cepat, dan itu bisa membahayakan sistem pelayanan fasilitas kesehatan," jelasnya.

Untuk itu, Sjamsul mengingatkan agar tak sering-sering mengajak anak ke area publik, seperti mengunjungi taman ataupun pusat perbelanjaan.

"Jangan bawa anak-anak ke area publik. Tahan dulu keinginan ajak anak untuk jalan-jalan," ingatnya.

Meski anak rentan terpapar Omicron, namun Sjamsul menegaskan anak tak perlu menjalani tes Covid-19 apabila mengalami gejala flu.

"Tidak perlu dilakukan tes Covid-19. Dilakukan penanganan sebagaimana mestinya saja saat anak demam, misalnya minum Paracetamol. Tapi harus tetap diingat protokol kesehatan, itu yang penting," tegasnya.

Senada dengan Sjamsul, Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Tropis Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK Unair) Dr Dominicus Husada dr DTM&H MCTM(TP) SpA(K) menegaskan meski gejala Omicron relatif ringan namun tingkat penularannya bisa melumpuhkan keluarga.

"Secara umum, mengikuti ketentuan umum, efek pada anak lebih ringan daripada orang yang lebih tua. Kedua, secara umum Omicron lebih berbahaya daripada Delta. Ketiga, yang terkena lebih banyak karena penularan Omicron yang relatif cepat. Kena banyak walau nggak berat itu melumpuhkan keluarga," paparnya.

Lebih lanjut dikatakan Dominicus, secara umum Omicron memang lebih ringan tapi jika penularannya cepat maka makin banyak keluarga yang terpapar. Dan ini menjadi berbahaya apabila mengenai mereka yang memiliki komorbid (penyakit penyerta).

"Makin besar orang-orang yang terpapar dalam keluarga, makin tidak aman kelompok rentannya," tegasnya.

Dominicus lantas memberikan contoh kasus di Amerika Serikat. Meski angka kematian tak sebanyak varian Delta, namun Omicron telah melumpuhkan aktivitas di Negara Paman Sam.

"Yang meninggal (karena Omicron) tidak sebanyak Delta, tapi Amerika lumpuh. Perawat-perawat yang sakit, pegawai negeri yang sakit, pramugari, pilot, itu melumpuhkan penerbangan," jelasnya.

Bagi balita yang terkena flu, lanjutnya, juga tak dianjurkan untuk melakukan tes Covid-19.

"Saya tidak menyarankan untuk saat ini, tapi kalau kasusnya seperti Juni-Juli kemarin perlu dilakukan tes COVID-19. Saat ini tidak perlu, apalagi anak tidak pergi kemana-mana," tukasnya.***