Renungan Jumat

Hakikat Bertambahnya Usia

Hakikat Bertambahnya Usia
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Momen bertambahnya usia kerap kali menjadi euforia bagi setiap orang yang mengalaminya. Sehingga tak sedikit macam perayaan yang kita dapati di negeri tercinta ini.

Mulai dari Mengadakan pesta besar-besaran, mengundang seluruh kerabat atau hanya teman sejawat, bahkan sampai mengadakan Tasyakuran dengan diiringi doa-doa tertentu, atau bahkan tak jarang membungkusnya dengan ucapan-ucapan selamat yang di balut kalimat islami dan ditujukan untuk mereka-mereka yang latar belakang hidupnya dekat dengan Agama.

Jika kita mau memahami hakikat bertambahnya usia dari tahun ke tahun, sejatinya itu hanyalah bertambahnya angka dan kedewasaan usia serta pola pikir seorang Hamba saja, ia tak mampu menambahkan keberkahan, ia tak mampu menambahkan kemuliaan melainkan jika dibalut dengan Iman dan ketakwaan dalam kesehariannya.

Ketahuilah…
Hakikatnya ketika usia kita bertambah, maka berkuranglah sisa hidup kita di dunia, ketika usia kita bertambah satu hari, maka berkuranglah sisa hidup didunia satu hari, ketika usia kita berkurang satu bulan, maka berkuranglah sisa hidup kita selama satu bulan, ketika usia kita bertambah satu tahun, maka pada hakikatnya usia kita berkurang selama satu tahun pula.

Sedangkan kita tidak tahu dalam satu tahun terakhir kita habiskan untuk apa usia kita, apakah untuk ketaatan kepada Rabb atau malah lebih banyak mendurhakainya.

Hasan Al Bashri Rahimahullahu pernah mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Auliya)

Ja’far bin Sulaiman berkata bahwa dia mendengar Robi’ah menasehati Sufyan Ats Tsauri,

إنما أنت أيام معدودة، فإذا ذهب يوم ذهب بعضك، ويوشك إذا ذهب البعض أن يذهب الكل وأنت تعلم، فاعمل.

“Sesungguhnya engkau adalah kumpulan hari. Jika satu hari berlalu, maka sebagian dirimu juga akan hilang. Bahkan hampir-hampir sebagian harimu berlalu, lalu hilanglah seluruh dirimu (mati) sedangkan engkau mengetahuinya. Oleh karena itu, beramallah.” (Shifatus Shofwah)

Ketahuilah saudaraku, bahwasannya di dunia ini waktu kita hanya terdiri dari tiga hari saja, Hari kemarin yang telah berlalu, hari esok yang belum tentu menjadi milik kita dan hari ini yang kita berada diatasnya.

Sangat menyedihkan jika kita lalui sisa-sisa usia kita untuk Hal-hal yang sia-sia, berapa banyak Ilmu yang telah kita lewatkan, berapa lama waktu yang kita habiskan untuk bersenda gurau, padahal Allah Ta’ala berfirman,

اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ

“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (QS Al-Anbiya : 1)

Wahai saudaraku…
Hendaknya ketika usia kita bertambah, maka renungkanlah pula bahwasannya sisa umur kita semakin sedikit, waktu kita di dunia sudah tak banyak lagi, kekuatan di badan kita semakin berkurang karena termakan usia, tetapi kita tidak tahu apakah bekal yang kita bawa kelak sudah cukup untuk bertemu dengan Allah Azza Wa Jalla.

Maka kita hendaknya sadar bahwasannya perayaan hari kelahiran yang sering kita jumpai di negeri ini, itu tak membuahkan apapun melainkan kerugian belaka.

Dalam Syari’at Islam yang menjadi standar gaya hidup kita, perayaan hari kelahiran bukanlah suatu tradisi yang di akuisisi oleh kamus syari’at. Dikarenakan dimana didalamnya terdapat berbagai macam kemungkaran. Bahkan juga kekufuran seperti meniup lilin dan berdoa di depannya, atau pesta-pesta meriah yang mengundang zina, pemborosan dan lain sebagainya.

Jika kita mau menilik asal muasal tradisi perayaan hari kelahiran ini, maka kita bisa dapati dalam bible saat ini.

Pada masa-masa awal Nasrani, generasi pertama (Ahlul Kitab, Kaum Hawariyyun atau pengikut Nabi Isa ‘Alahissalam), mereka tidak merayakan upacara ulangtahun, karena mereka menganggap, bahwa pesta ulang tahun itu adalah pesta yang mungkar, dan hanya pekerjaan orang kafir Paganisme.

Pada masa Herodeslah acara ulang tahun dimeriahkan sebagaimana tertulis dalam Injil Matius:
“Tetapi pada HARI ULANG TAHUN Herodes, menarilah anak Herodes yang perempuan, Herodiaz, di tengah-tengah mereka akan menyukakan hati Herodes.” (Matius14 : 6)

Orang Nasrani yang pertama kali mengadakan pesta ulang tahun adalah orang Nasrani Romawi. Beberapa batang lilin dinyalakan sesuai dengan usia orang yang berulang tahun. Sebuah kue ulang tahun dibuatnya, dan dalam pesta itu, kue besar dipotong dan lilinpun ditiup.
(Parasit Aqidah. A.D. El. Marzdedeq, Penerbit Syaamil, hal. 298)

Lantas jika Tradisi perayaan Hari kelahiran itu berasal dari kaum paganism. Tidaklah layak bagi kita untuk mengikutinya, apalagi menjadikan tradisi tersebut bagian dari Syari’at islam yang di anggap baik.
Dari Ibnu ‘Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Sungguh Rasulullah Salallahu’alaihi Wa sallam adalah sebaik-baik manusia, beliau lebih memahami cara bersosialisasi, cara bermuamalah dan menjalankan praktik kehidupan sehari-hari.

Beliau Salallahu’alaihi Wa sallam telah mengabarkan Bahwa diakhir zaman kelak akan banyak dari ummatnya yang mengikuti Tradisi atau kebiasaan (khusus) orang-orang kafir.

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim).

Demikianlah penjelasan singkat tentang hakikat bertambahnya usia yang dialami detiap Insan, maka dengan usia yang masih tersisa ini, hendaknya kita perbanyak amal shalih, kita perbanyak doa kepada Allah Ta’ala dan yang tak kalah penting, hendaknya pula kita menghabiskan usia kita dengan menebarkan amal-amal jariyah, menebarkan banyak manfaat untuk ummat. yang kelak akan bermanfaat di kehidupan akhirat kita.

Doa Husnul Khotimah Sesuai yang Diajarkan Nabi Muhammad SAW

Berikut ini doa husnul khotimah sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Diketahui, husnul khotimah adalah suatu keadaan yang didambakan oleh semua muslim.

Tak hanya itu, husnul khotimah bahkan menjadi tujuan utama dalam mengarungi kehidupan di dunia dan menyongsong kehidupan yang lebih kekal, yakni akhirat.

Seperti diketahui, husnul khatimah adalah Bahasa Arab yang memiliki arti sebuah akhir yang baik yang dimaksud berakhir atau wafat dalam keadaan baik yang diridhai oleh Allah SWT.

Husnul Khatimah sendiri berasal dari kata husnul yang diambil dari kata hasan yang artinya baik dan khatimah memiliki arti sebuah akhir.

Karenanya, meninggal dunia dalam kondisi husnul khotimah adalah dambaan setiap umat muslim.

Dengan meninggal husnul khotimah, berarti seorang muslim menghadap Sang Pencipta dalam kondisi baik.

Berbeda dengan khusnul khotimah, seorang muslim meninggal dalam keadaan tidak baik, penuh dosa.

Orang meninggal husnul khotimah tentu saja karena amalan baiknya selama hidup.

Amalan itu baik kepada Allah SWT maupun terhadap sesama manusia ketika masih hidup di dunia.

Doa Husnul Khotimah Sesuai Ajaran Rasulullah SAW

Sebagai umat Islam dianjurkan untuk memanjatkan doa kepada Allah SWT agar mencapai keadaan husnul khotimah saat meninggal dunia.

Rasulullah SAW selalu mengajarkan agar umatnya mendapatkan husnul khotimah (akhir yang baik).

Dalam doa, Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk membaca: 

اللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِمَهُ ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ

Allahummaj'al khayra 'umri akhirahu, wakhaira 'amali khawatimahu, wa khaira ayyami yauma al-qaka.

(Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku pada ujungnya, dan jadikan sebaik-baik amalku pada akhir hayatku, dan jadikan sebaik-baik hariku pada saat aku bertemu dengan-Mu (di hari kiamat). (HR Ibnu As-Sunni). 

Adapun bacaan doa meminta agar meninggal husnul khatimah terkandung dalam Al Quran Surat Ali Imran yaitu:

Rabbana innana sami'na munadiyay yunadi lil-imani an aminu birabbikum fa amanna rabbana fagfir lana zunubana wa kaffir 'anna sayyi`atina wa tawaffana ma'al-abrar.

Artinya adalah:

“Ya Rabb Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan Rasulullah) yang menyeru kepada iman (yaitu): “Berimanlah kalian kepada Rabb kalian!”, maka kami pun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa besar kami, hapuskanlah dari kami dosa-dosa kecil kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran: 193).

Selain itu, terdapat amalan agar seorang muslim meninggal dalam kondisi husnul khotimah?

Ustadz Buya Yahya dalam tausiyahnya menyebut, jika seseorang ingin meninggal dunia secara husnul khotimah, di antaranya mendekatkan diri kepada Allah SWT selama hidup di dunia, berlaku baik, dan tidak sombong.

1. Mendekatkan diri kepada Allah SWT

Buya Yahya menegaskan tidak ada seorang pun tahu kapan dan bagaimana ajal menjemput dirinya maupun orang lain.

Maka dari itu katanya, kata Buya Yahya, umat muslim harus berprilaku baik dengan menjalankan perintahnya serta selalu mendekatkan diri pada sang pencipta.

Menurut Buya Yahya, sang pencipta akan memberikan petunjuk kepada siapapun yang dikehendakinya jika ajalnya telah tiba.

Allah juga bisa dengan mudah membalikkan hati seorang hamba jika sudah dikehendaki-Nya.

Maka dari itu katanya agar selalu menjaga sikap dan prilaku dalam segala hal.

Ia juga menyarankan agar selalu berdoa dan berharap meminta pertolongan sang pencipta.

Amalan mendekatkan diri dengan Allah SWT bermacam-macam, di antaranya mengerjakan sholat lima waktu, zikir, berdoa, rajin sedekah dan lain sebagainya.

2. Berlaku baik

Buya Yahya mengatakan, sesorang akan meninggal berdasarkan kebiasaannya waktu hidup.

Kalau kebiasaanya waktu hidup penuh dengan kemaksiatan, maka ia akan menemukan ajalnya dengan kemaksiatan.

Begitu pula jika orang membiasakan hidupnya dengan kebaikan maka ia akan meninggal dengan kebaikan.

"Tapi sebetulnya apapun itu kita tidak tahu bagaimana ajal kita, akhir hidup kita, maka dari itu sibuklah untuk berbuat baik," kata Buya Yahya.

3. Jangan sombong

Hal lain yang harus dilakukan kaya Buya Yahya adalah tidak sombong.

"Kalau anda sudah meyakini bahwa bagaimana ajal menjemput nantinya, maka dia akan selalu berhati-hati. Dia tidak akan mudah menyombongkan dirinya sendiri,"

"keyakinanmu saat ini, imanmu saat ini tidak akan mustahil bisa berubah suatu ketika nanti, maka jangan sombong,"

"kamu mengaku beriman saat ini, kuat keimananmu bukan hanya sekedar beriman dengan mulut tapi juga di hati, amalnya juga itu bukan berati tidak akan berubah karena sang penciptalah yang merubah hati hamba," kata Buya Yahya.***