Istana Bersuara Soal Polemik Logo HUT RI ke-75 Disebut Mirip Simbol Salib

Istana Bersuara Soal Polemik Logo HUT RI ke-75 Disebut Mirip Simbol Salib

WJtoday, Jakarta – Kementerian Sekretaris Negara dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus mendatang resmi mengeluarkan  logo HUT RI ke-75

Namun, terdapat kelompok-kelompok tertentu yang menentang penggunaan logo HUT RI ke-75 tersebut karena dianggap mirip dengan simbol salib dalam agama Nasrani sehingga menuai polemik

Dewan Syariah Kota Surakarta (DSKS) mendesak pemerintah untuk merevisi elemen desain logo HUT ke-75 Republik Indonesia, terutama di bagian yang dianggap menyerupai salib.

DSKS menilai desain tersebut mencederai perayaan kemerdekaan RI yang seharusnya menjadi momen persatuan bangsa.

"Kita berharap desain yang beredar di bangunan milik pemerintah segera ditarik," kata Juru bicara DSKS, Endro Sudarsono, Senin (10/8).

Menanggapi hal ini, politikus PKS, Hidayat Nur Wahid pun ikut buka suara. Melalui akun Twitter, mantan ketua MPR ini menuturkan, “Mestinya Istana juga imbau agar spanduk HUT RI ke-75 tidak bermuatan hal-hal yang ditolak oleh publik. Agar tak tambah masalah di tengah darurat kesehatan, pandemi Covid-19.”

Sementara itu pengamat politik sekaligus pendiri lembaga survei Charta Politika, Yunarto Wijaya memberikan komentar sarkastik

“Menurut saya harus diteliti lebih lanjut infiltrasi dari Jepang, ada bendera Jepang yang diselipkan di tengah-tengah salib,” tulisnya pada Senin, 10 Agustus 2020

Menanggapi polemik tersebut, pihak Pemerintah Pusat melalui Sekretaris Kemensetneg Setya Utama menjelaskan arti dan makna logo itu.

“Arti dan makna logo dan turunan ada di pedoman visual di atas,” kata Setya, Senin, 10 Agustus 2020

Ia pun memperlihatkan berkas ‘Tema dan Logo Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2020 & Pedoman Visual Penggunaan’.

Berkas tersebut, kata Setya, juga bisa diunduh publik di situs setneg.go.id.

Dilihat dari berkas tersebut, pada halaman 27 tertulis maksud dari penggunaan supergraphic yang terdiri dari 10 elemen.

Kesepuluh elemen itu diambil dari dekonstruksi logo 75 tahun yang dipecah lagi menjadi 10 bagian yang merepresentasikan komitmen dan nilai luhur Pancasila.

“Untuk pengaplikasiannya, supergraphicini cukup fleksibel karena bersifat abstrak yang merupakan rakitan dari 10 pecahan tadi menjadi satu kesatuan bentuk,” demikian penjelasan yang tertulis dalam berkas terkait logo HUT RI ke-75 itu.

Sementara itu, Tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin membantah bahwa logo HUT RI ke-75 tersebut mirip simbol salib.

“Logo ini murni dan resmi asli, bukan salib. Ini adalah sebuah karya seni yang dibuat dan dilakukan oleh teman-teman, anak-anak Indonesia yang memiliki kemampuan karya seni yang luar biasa,” kata Ngabalin lewat sebuah video yang ia bagikan ke awak media, Senin, 10 Agustus 2020.

Maka dari itu, ia meminta agar masyarakat tak berspekulasi macam-macam terkait logo kemerdekaan RI tersebut.

Ngabalin pun menegaskan sekali lagi bahwa logo itu bukan berbentuk simbol salib.

“Anda lihat dari sisi keindahannya, dilihat dari semangat kebersamaan yang dibangun. Jadi jauhkan dari pikiran-pikiran penuh kecurigaan, kebencian, karena apa yang dibangun ini adalah spirit untuk mendorong komitmen dari nilai-nilai Pancasila, nilai-nilai luhur yang dibangun kebersamaan,” tegas Ngabalin.

“Semangat kebinekaan, semangat kebersamaan, semangat persatuan di usia negara kita 75 tahun,” pungkasnya.***