Kemenkes Ingatkan Kanker Harus Dideteksi Secepat Mungkin dan Tidak Boleh Terlambat Ditangani

Kemenkes Ingatkan Kanker Harus Dideteksi Secepat Mungkin dan Tidak Boleh Terlambat Ditangani

WJtoday, Jakarta - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan Kemenkes memprioritaskan kanker pada wanita yaitu leher rahim dan payudara.

Selain itu, Kemenkes juga fokus pada kanker yang dialami pria yaitu kanker paru dan kolorektal. Maxi mengatakan bahwa penyakit kanker harus ditemukan secepat mungkin dengan deteksi dini dan tidak boleh terlambat ditangani.

"Kalau sudah terkena kanker dan terlambat, pertama akan fatal dan meninggal. Kedua, mengeluarkan biaya yang sangat besar," kata Maxi pada Webinar: Triple Intervention Eliminasi Kanker Leher Rahim dan Penguat Deteksi Dini Kanker Payudara, dipantau Sabtu (24/2/2024).

Lanjutnya, pembiayaan pada penyakit kanker termasuk pembiayaan terbanyak yang dikeluarkan BPJS Kesehatan setelah penyakit kataspropik. 

Maka dari itu, dalam pelaksanaan transformasi kesehatan, upaya yang dilakukan lebih kedeteksi dini terutama dilayanan primer (Puskesmas).

Maxi mengatakan upaya deteksi dini pada kanker dari segi pembiayaan lebih murah. Kemudian lebih cepat ditangani dan kemungkinan besar akan sembuh.

Untuk kanker leher rahim, ia menjelaskan pihaknya gencar melakukan skrining terutama di puskesmas. Hampir 60-70 persen puskesmas di Indonesia sudah bisa melayani skrining kanker leher rahim melalui tes Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).

Saat ini Kemenkes juga tengah melakukan dan akan dilakukan secara nasional terutama di kota-kota besar yaitu skrining HPV DNA. Mexi mengatakan Kemenkes telah melakukan upaya dalam pencegahan kanker leher rahim pada perempuan.

"Yaitu dengan imunisasi HPV DNA untuk kelas 5 dan 6 SD. Tahun ini, Kemenkes akan lakukan imunisasi pada anak perempuan usia 15 tahun dan usia sekolah akan mendapatkan HPV DNA," jelas Maxi.

Sedangkan untuk kanker payudara, Kemenkes sejak dulu sudah melakukan skrining untuk di puskesmas. Bahkan, saat ini lebih dari 10 ribu puskesmas seluruh Indonesia sudah ada alat USG, yang memudahkan masyarakat Indonesia untuk skrining kanker payudara.

Maxi meminta rekan sejawat dari Radiologi untuk memberikan pelatihan-pelatihan dan memperkuat kompetensi kepada dokter umum yang ada dilayanan primer.

"Hal ini semata-mata untuk deteksi dini kanker dan masyarakat tidak datang terlambat ke rumah sakit. Kalau sudah terlambat dan stadium lanjut, kemungkinan meninggal tinggi dan biaya besar," terangnya.

Selanjutnya, Kemenkes juga melakukan penguatan rujukan dilayanan sekunder (RS). Khusus kanker leher rahim dilakukan penguatan di RSUD di provinsi/kabupaten/kota dan kanker payudara, Maxi akan melengkapi alat mammografi.

"Dua tahun ini, Kemenkes akan melengkapi alat mammografi di RS di daerah karena alatnya masih terbatas. Diharapkan masyarakat bisa memeriksakan kanker payudara dengan mammografi," tutup Maxi.  ***