Kian Suram, IMF Peringatkan Resesi Bikin Dunia Rugi Rp60.984 Triliun

Kian Suram, IMF Peringatkan Resesi Bikin Dunia Rugi Rp60.984 Triliun

WJtoday, Jakarta - International Moneter Fund (IMF) meramalkan prospek ekonomi dunia yang kian suram. Demikian pernyataan Direktur Pelaksana IMF, Kristalina Georgiva dalam pidatonya dengan tema Navigating a More Fragile World di Washington DC, baru-baru ini.  

Mengutip pidato Georgiva dari laman resmi IMF, Minggu (9/10/2022), dia mengawali sambutannya dengan mengungkapkan urgensi untuk menstabilkan ekonomi, mengingat prospek global yang semakin gelap.  

Dirinya mengatakan, Oktober 2021, IMF memproyeksikan pemulihan yang kuat dari krisis Covid-19. Pertumbuhan global mencapai 6,1% pada tahun 2021. Dan sebagian besar ekonomi, termasuk di IMF, berpikir pemulihan akan berlanjut dan inflasi akan segera mereda. 

Itu karena, sebagian besar dari kami memperkirakan vaksin akan membantu menjinakkan gangguan sisi pasokan dan memungkinkan produksi untuk pulih. 

"Tetapi bukan ini yang terjadi. Berbagai guncangan, di antaranya perang yang tidak masuk akal mengubah gambaran ekonomi sepenuhnya. Jauh dari sementara, inflasi menjadi lebih persisten (berkelanjutan)," ungkap Georgiva.

Lebih jauh katanya, harga energi dan pangan tinggi, kondisi keuangan lebih ketat, serta kendala pasokan yang masih ada memperlambat pertumbuhan. 

"Semua ekonomi terbesar dunia sedang melambat. Area Euro (Eropa) sangat terpengaruh dari pasokan gas Rusia, China menderita gangguan terkait pandemi, dan penurunan dalam di pasar propertinya, serta memontum melambatnya (ekonomi) di Amerika Serikat karena inflasi mengurangi pendapatan dan permintaan konsumen, suku bunga yang lebih tinggi menjadi hambatan bagi investasi," jelasnya. 

Georgiva melanjutkan, kondisi ini pada gilirannya memengaruhi negara-negara berkembang karena mereka menghadapi penurunan permintaan ekspor. Belum lagi banyak yang merasakan tekanan berat dari harga makanan dan energi yang melonjak. 

"Kami telah menurunkan proyeksi pertumbuhan (ekonomi dunia) sudah tiga kali menjadi hanya 3,2% pada 2022 dan 2,9% pada 2023. Dan seperti yang Anda lihat di outlook ekonomi dunia yang diperbarui minggu depan, kami akan menurunkan pertumbuhan untuk tahun depan," paparnya. 

"Kami akan menandai bahwa risiko resesi meningkat. Kami perkirakan negara-negara yang menyumbang sepertiga dari ekonomi dunia akan mengalami kontraksi setidaknya dua kuartal berturut-turut tahun ini atau tahun depan," dia menambahkan. 

"Bahkan ketika pertumbuhan positif, itu akan terasa seperti resesi karena pendapatan riil menyusut dan harga naik," sambung Georgiva. 

Secara keseluruhan, diakui Georgiva, IMF memperkirakan kerugian output global sekira USD4 triliun antara sekarang dan 2026. Ini adalah ukuran ekonomi Jerman, dan kemunduran besar-besaran bagi ekonomi dunia.

"Dan lebih mungkin menjadi lebih buruk daripada menjadi lebih baik. Ketidakpastian sangat tinggi dalam konteks perang dan pandemi. Mungkin ada lebih banyak guncangan ekonomi, risiko stabilitas keuangan meningkat: termasuk utang negara yang tinggi dan kekhawatiran atas likuiditas di segmen utama pasa keuangan," terangnya. 

Kerugian output global apabila di rupiahkan dengan asumsi kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rp15.246 per USD, maka nilai USD4 triliun setara dengan Rp60.984 triliun. ***