KKB Nduga Disebut Manfaatkan Wanita dan Anak-anak Untuk Sergap Pasukan TNI

KKB Nduga Disebut Manfaatkan Wanita dan Anak-anak Untuk Sergap Pasukan TNI
Lihat Foto

WJtoday, Jakarta - Wanita dan anak-anak dimanfaatkan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua, untuk menyergap pasukan TNI.

Sebanyak 36 personel TNI yang saat itu tengah melakukan pencarian pilot Susi Air Capt Philip Mark Mehrtesn, disergap KKB dari tiga arah di Pengunungan.

Sedangkan di depannya banyak wanita dan anak-anak, sehingga aparat kesulitan bergerak melakukan perlawanan dalam baku tembak dengan gerombolan KKB

Cerita KKB manfaatkan wanita dan anak-anak untuk menyergap 36 personel TNI ini disampaikan dua prajurit yang selamat dari serangan.

Kedua prajurit TNI yang diterbangkan ke Mimika, Papua Tengah, itu menceritakan kepada Panglima TNI Yudo Margono terkait hal mengerikan saat KKB memanfaatkan wanita dan anak-anak untuk menyergap.

"(2 Prajurit selamat) mereka menceritakan bahwa kami dikepung dengan masyarakat dan anak-anak dengan teriak-teriak. Kemudian yang dari tiga sisi melaksanakan tembakan tembakan," kata Yudo dalam konferensi pers yang disiarkan kanal YouTube Puspen TNI, dikutip Rabu (19/4/2023).

KKB menggunakan penduduk pindahan untuk menyergap TNI itu, menyebabkan para wanita dan anak-anak berteriak-teriak hingga pasukan kesulitan bergerak.

"Ada masyarakat kemudian anak-anak dengan teriak-teriak, kemudian ada peluit dan sebagainya. Seolah-olah seperti, menakutkan lah, menakut-nakuti dengan masyarakat tadi," ungkap Yudo.

Kondisi demikian membuat 36 prajurit menjadi bingung antara harus menembak atau tidak. Prajurit tidak pernah berhadapan dengan anak-anak.

"Kita kan juga begitu melihat tembakan kemudian melihat masyarakat seperti itu akhirnya terbawa tidak mau nembak. Mungkin mereka loh mau ditembak ternyata masyarakat atau anak-anak. Tapi kenyataannya mereka (KKB) membawa menggunakan teori seperti itu," kata Yudo.

Ditegaskan Yudo, pihaknya selalu menghindari korban yang melibatkan korban masyarakat, khususnya perempuan dan anak-anak.

"Mereka (prajurit TNI) tidak pernah menghadapi seperti itu sampai melibatkan masyarakat dan anak-anak," katanya.

Yudo kembali menjelaskan tentang simpang siur jumlah prajuritnya yang gugur dalam serangan KKB

Pada saat kejadian, 36 prajurit TNI sedang melaksanakan patroli mencari keberadaan pilot Susi air. 

Kemudian di jalan dihadang oleh KKB dan terjadi kontak tembak. 

Dari kontak tembak tersebut terdiri dari pasukan 36, satu yang meninggal yaitu Peratu Miftahul Arifin dan jatuh ke jurang sedalam lebih kurang 15 meter dan 4 orang yang luka-luka. 

Tidak semuanya yang luka tembak kata Yudo, ada yang luka kena tembak ada juga luka yang karena jatuh terpeleset karena memang medannya miring.

"Sehingga ketika mungkin bertempur mereka melihat situasi seperti itu dan sebagainya ada yang terpeleset. Tapi alhamdulillah kondisinya mereka sehat semua. Karena masih bisa lihat saya tuh tadi langsung bilang selamat siang Panglima.  Berarti masih sadar. Tadi saya jemput di sana dengan Pak Kasad.  Juga malah ada yang bilang Komando. Itu artinya mereka masih sadar Alhamdulillah mudah-mudahan ini mereka bisa sehat kembali dan pulih dari luka," ungkap Yudo.

Yudo menjelaskan, hingga saat ini ada 4 orang personel yang belum terkonfirmasi dan masih dalam pencarian. 

"Saat ini sedang konsentrasi mengevakuasi yang meninggal terjatuh di jurang. Kita usahakan evakuasi walaupun terkendala cuaca. Kita prioritaskan yang luka-luka akibat tembakan KST (Kelompok Separatis Terorime). Tadi semuanya sudah berhasil dan sudah dibawa ke rumah sakit," sambungnya. 

"Tidak ada prajurit TNI yang disandera dan tidak ada senjata prajurit yang disita oleh KST".

Yudo juga mengatakan bahwa status operasi di Papua ditingkatkan menjadi siaga tempur. ***