Peneliti China Beberkan Potensi Mematikan Virus NeoCov

Peneliti China Beberkan Potensi Mematikan Virus NeoCov

WJtoday, Jakarta - NeoCov, sebuah virus yang ditemukan di Afrika Selatan telah lama muncul dan bukan hal yang baru, meski dalam beberapa waktu terakhir hangat diperbincangkan.  

Menurut laporan, NeoCov terkait dengan Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) atau virus wabah yang ditemukan dan berdampak pada 2012 hingga 2015.

Para ilmuwan di China memperingatkan bahwa akan ada potensi ancaman kematian dan tingkat penularan tinggi dari virus yang juga merupakan salah satu dari virus corona ini.

Seperti dilansir Sputnik, NeoCoV memiliki kemiripan dengan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit Covid-19 dan menjadi pandemi dunia sejak 2020. 

Menurut studi terbaru yang dirilis di situs web bioRxiv, virus yang ditemukan pada populasi kelelawar ini menggunakan beberapa jenis enzim pengubah angiotensin kelelawar 2 (ACE2) dan manusia ACE2 untuk menginfeksi.

Para ilmuwan dari Universitas Wuhan dan Institut Biofisika dari Akademi Ilmu Pengetahuan China mengatakan hanya satu mutasi yang cukup bagi virus untuk dapat menyusup ke sel manusia. 
Berdasarkan temuan dalam studi, potensi bahaya yang terkait dengan SARS-CoV-2 adalah bahwa NeoCov mengikat reseptor ACE2 dengan cara berbeda dibandingkan patogen Covid-19.

Karena itu, baik antibodi maupun molekul protein yang terbentuk pada mereka yang menderita penyakit pernapasan atau/dan divaksinasi terhadap SARS-CoV-2 tidak akan berhasil melindunginya. 

Dengan demikian, para peneliti mengatakan bahwa NeoCoV membawa serta potensi gabungan tingkat kematian MERS-CoV yang tinggi, dengan rata-rata satu dari tiga orang yang terinfeksi meninggal, termasuk mengenai tingkat penularan yang tinggi dari virus corona jenis baru.

Para ahli dari Vector Russian State Research Center of Virology and Biotechnology juga mengeluarkan pernyataan pada Kamis (27/1) setelah diberi pengarahan tentang NeoCov, sebagai tanggapan atas publikasi tersebut. 

Mereka mengatakan berdasarkan data yang diperoleh peneliti Tiongkok, NeoCov kemungkinan belum mampu menyebar secara aktif di antara manusia.

Sebelumnya, pandemi Covid-19 yang melanda dunia bermula dari Wuhan, Cina, pada Desember 2019. 

Belum ada bukti pasti bagaimana virus wabah yang menyebabkannya muncul.  Saat ini, ada dua versi tentang masalah ini. 

Pertama menunjukkan bahwa Covid-19 ditularkan ke manusia dari kelelawar melalui hewan perantara. Sementara, kedua mengaitkan wabah dengan dugaan adanya kebocoran virus dari laboratorium.

Pada 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan laporan lengkap tentang asal SARS-CoV-2, yang menyatakan bahwa teori kebocoran laboratorium tidak mungkin terjadi. 

Pada 29 Oktober 2021, intelijen Amerika Serikat (AS) merilis laporan yang tidak diklasifikasikan tentang penyelidikannya tentang asal-usul virus corona baru, yang menemukan bahwa virus tersebut belum dikembangkan sebagai senjata biologis.

Badan-badan intelijen top Amerika disebut tetap terbagi dalam hal menyikapi asal usul virus. Laporan itu juga menuduh Pemerintah China telah menghalangi penyelidikan global dan menolak berbagi informasi.

Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri China mengecam tindakan yang disebut ringkasan penilaian yang tidak diklasifikasikan tentang asal-usul Covid-19, sebagai sesuatu yang politis dan salah, tanpa dasar atau kredibilitas ilmiah.***