Pengrajin Payung Geulis Tasikmalaya Mulai Bangkit

Pengrajin Payung Geulis Tasikmalaya Mulai Bangkit

WJtoday, Tasikmalaya - Di masa pandemi segala usaha pemasaran menurun, baik dalam usaha kuliner, pakaian ataupun lainnya. Termasuk para pengrajin Payung Geulis yang berada di Kampung Panyingkiran, Kelurahan Panyingkiran, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya. 

Para perajin sempat terhenti di masa pandemi dan saat ini mereka mulai bangkit serta sudah mulai kebanjiran pesanan baik dari Kota Tasikmaya ataupun dari luar kota Tasikmalaya.

Mereka dulu sempat goyah namun masih bertahan untuk tetap melestarikan kerajinan Khas Kota Tasikmalaya yang hampir punah ini. 

Salah satu pengrajin payung geulis adalah Hasanah (61) yang membuka usaha sejak 14 tahun yang lalu dan sudah memiliki banyak reseller dari berbagai wilayah, seperti Ciamis, Bandung, Bali, Pontianak, Jambi dan lainnya.

Hasanah mengatakan, pada saat pandemi Covid-19 usahanya sempat goyah. Bahkan, ia sempat alih produksi dengan membuat masker.

“Ya kalo sekarang mulai lagi ada pesanan kalo waktu Pandemi tidak produksi, kini ada secercah harapan untuk bangkit kembali, seiring redanya pandemi Covid-19," kata Hasanah saat ditemui di tempat produksinya, Senin (6/2).

Payung Geulis ditawarkan ke konsumen dengan tiga pilihan ukuran, mulai dari kecil, sedang, dan besar. Paling kecil diameternya sekitar 40 sentimeter, cocok untuk dekorasi.

Sementara ukuran besar diameternya sekitar 1 meter. Selain itu ada ukuran khusus untuk pengantin dengan diameter sekitar 2 meter.

"Setelah pandemi reda produksi payung geulis mulai rame lagi ya ada sekitar 6 bulan lah. Kalo produksi lagi karyawan bisa merokok lagi dan yang kita produksi berbagai jenis dan ukuran jenis pengantin ukuran 60, ukuran 33, paling dimintai ukuran tanggung, Yang kecil harganya Rp50 ribu, sedang Rp70 ribu, dan besar Rp90 ribu," terang dia.

Bagi Hasanah, menekuni usaha payung geulis tak hanya sebatas mata pencaharian. Lebih dari itu, ini merupakan ikhtiar yang dilakukannya untuk menjaga tradisi dan kelestarian payung geulis.

"Kalau sampai payung geulis punah, berarti gambar payung yang ada di logo Pemkot Tasikmalaya harus dihapus. Masak logonya ada, sementara perajinnya enggak ada, kan lucu jadinya. Makanya kita akan terus bertahan," ucapnya.

Ia juga mengaku gigih menjadi perajin Payung Geulis karena kerajinan ini telah menjadi kebanggaan keluarganya. Hasanah merupakan seorang pelukis payung geulis yang luar biasa. Sudah puluhan tahun dan ribuan payung sudah dilukisnya.

Ia berharap Pemerintah Kota Tasikmalaya membatu pemasaran payung geulis agar terus ada dan bertahan.

"Ya kita berharap kepada pemerintah Kota Tasikmalaya untuk dibantu pemasarannya," ujarnya.

Sementara untuk produksinya selama ini tak ada kendala, namun haraga cat dan bambu mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumya.

"Selama ini tak ada kendala kalo masalah bahan, cuma harga cat naik, bambu juga mengalami kenaikan dan otomatis harga payung juga naik," pungkasnya. ***