Syahrir DPRD Jabar: Dampak PPDB, Sekolah Favorit Tak Lagi Hanya Dihuni Siswa Unggulan

Syahrir DPRD Jabar: Dampak PPDB, Sekolah Favorit Tak Lagi Hanya Dihuni Siswa Unggulan
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2022 resmi dibuka oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pada Selasa (17/5/22)

Berkaitan dengan hal itu daerah kabupaten/ kota di Jawa Barat tengah mempersiapkan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2022/2023.

Anggota Fraksi Partai Gerindra Persatuan DPRD Jabar Dapil Kabupaten Bekasi, H. Syahrir, SE, M.Ipol, mengatakan PPDB bertujuan memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi warga negara usia sekolah khususnya di Kabupaten Bekasi agar memperoleh layanan pendidikan yang berkualitas.

Daya tampung sekolah yang terbatas untuk dapat menerima jumlah peserta didik baru yang terdaftar, maka perlu diadakan sistem seleksi PPDB yang objektif, transparan, akuntabel, tidak diskriminatif, dan kompetitif.

"Saya meyakini Sistem PPDB online dilakukan untuk menjamin terselenggaranya proses PPDB dapat berjalan secara objektif, transparan, akuntabel, tidak diskriminatif, dan kompetitif serta menjamin akses layanan pendidikan di Kabupaten Bekasi dapat menjangkau ke semua lapisan masyarakat, dan dapat dilaksanakan dengan mudah, terjangkau dan berkualitas." Ujarnya

Syahrir berharap proses PPPDB tahun ini juga harus tetap mengedepankan sikap keterbukaan. Masyarakat harus mengetahui secara pasti jumlah kuota yang tersedia di penerimaan siswa baru tahun ini.

"Ketika orang mau daftar, dia harus tahu kuota masing masing jalurnya berapa, kan diantaranya ada jalur prestasi,jalur zonasi, karena pada dasarnya sekolah itu menerima ruang belajar dan rombongan belajar jadi penerimaan itu sesuai dengan jumlah ruangan," ujar  Syahrir.

Terkait pelabelan beberapa sekolah  sebagai sekolah favorit Syahrir mengatakan pemerintah harus menjadikan kualitas semua sekolah setara, bahkan menjadikan semua sekolah itu sekolah favorit.

"Sekolah tidak mesti harus di sekolah favorit yang harus diutamakan adalah kenyamanan siswanya dalam belajar. Jika siswa tidak nyaman, meskipun ke sekolah favorit, maka dia akan tertekan dan ini akan mempengaruhi pola belajarnya." Ujarnya

Menurut politisi Gerindra ini sulit untuk mengubah  mindset  masyarakat akan label sekolah favorit. Diperlukan kebijakan yang berkesinambungan untuk merealisasikannya. Jika kita cermati, label sekolah favorit tidak selamanya merugikan, tidak pula menunjukan pendidikan yang tidak merata.

Menurutnya baik buruknya pelabelan sekolah favorit di masyarakat sangat tergantung dengan pemahaman masyarakat. Jadi masyarakat harus memaknainya dengan bijak. Karena bisa saja berdampak buruk, jika masyarakat justru melakukan praktik yang tidak sehat. 

Syahrir mendukung upaya menghapus pelabelan unggulan atau favorit di sekolah-sekolah negeri dengan menjalankan sistem penerimaan siswa yang mulai memprioritaskan anak-anak di sekitar lokasi sekolah tanpa memperhitungkan nilai akademik dalam proses seleksi 

"Dengan begitu siswa bisa belajar tanpa perlu menempuh perjalanan jauh. Kemudian anak-anak dari kelompok miskin dan rentan memiliki kesempatan yang sama untuk masuk ke sekolah dengan kualitas baik." pungkasnya. ***