Renungan Jumat

Allah Pemilik Rencana Terbaik

Allah Pemilik Rencana Terbaik
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Ada hari di mana saat rencana tak sesuai dengan kenyataan yang ada. Semua rencana yang telah disusun sedemikian sempurna haruslah sirna seketika. Benar, kehidupan memang tak selalu menjanjikan apa yang kita harapkan. Sebaik apa pun manusia merencanakan sesuatu dengan sangat baik, pastilah akan kalah dengan skenario Sang Maha Baik. Sungguh, sempurna sudah skenario yang telah ditetapkan Sang Maha Sempurna.

Hidup adalah sebuah perjalanan. Perjalan panjang yang kita lalui baik itu mulus ataupun kusut. Kita tak dapat menghindarinya karna hidup sudah menjadi takdir manusia. Tinggal kembali lagi pada diri kita, apakah kita bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan atau malah khufur.

Kita adalah pengontrol hidup. Pengontrol jalan, jalan mana yang akan kita pilih? Apakah jalan mendaki atau jalan tol? Semua itu kita yang putuskan.

Hidup layaknya perjalanan panjang yang kita lalui, mulai dari kita lahir ke dunia sampai sekarang demi untuk tercapainya tujuan. Dari perjalanan itulah kita bisa melihat apakah kita akan bersunguh-sungguh berusaha atau malah menghilang.

Sungguh bertakwalah kepada Allah SWT, dan bersabarlah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kesabaran yang sempurna adalah saat manusia tertimpa musibah.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).

Jika hidup yang kau jalani saat ini begitu penat, bahkan hampir putus asa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar. Dan pahala orang yang sabar itu adalah tanpa batas.

Sebagai manusia, kita hanya bisa pasrah dan menerima semuanya. Karena setiap keadaan adalah sebaik-baik takdir yang telah Allah gariskan, yang sudah pasti selalu dalam kebaikan. Saat rencana yang kita tinggikan tak berbuah kenyataan, mau tak mau haruslah kita telan. Saat doa-doa masih Allah tangguhkan, maka teruslah berdoa dengan penuh kesungguhan juga dibarengi dengan kesabaran. 

Bukankah itu yang Allah inginkan? 

Maka bersyukurlah, sebab kau pasti mampu melewatinya. Jangan pernah menyerah dan berputus asa. Sungguh, jangan.

Wahai diri, bersabarlah sebentar saja. Di depan sana sudah Allah siapkan sesuatu yang begitu indah untuk kau nikmati, selepas kesabaran-kesabaran panjang yang telah kaulalui. Maka Benar, Allah bersama orang-orang yang sabar. Hanya kepada Dia lah kita bersandar. Sebagimana hanya Dia yang akan mengabulkan segala pinta, sebab hanya janji-Nya pula yang seharusnya kita percaya. Janji-Nya adalah pasti, tak pernah Dia mengingkari. Janji-Nya selalu indah, seperti sekenario-Nya yang pasti jauh lebih indah dibanding sekadar rencana manusia.

Jadikanlah orang tua sebagai semangat hidupmu, karena dari kesabaran beliaulah kita bisa menjalani kehidupan lebih baik, yaitu kuliah. Bayangkan dan lihatlah kemacetan ini. Ada yang kakinya satu dan matanya buta tapi masih berusaha berjualan. Kita bisa melihat anak kecil yang mengamen, yang tidur di jalan, nenek-nenek yang belum makan dan tidak punya rumah. Kerja larut malam pun tidak bisa buat makan.

Bersyukurlah yang masih punya ayah yang kerja keras demi tercapainya cita-cita yang kita impikan. Karena aku pun merasakan pulang-pergi kuliah dengan motor di tambah macet itu sangatlah melelahkan. Tapi, aku ingat bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di atas kemampuan hamba-Nya.

Maka dari itu, kita harus yakin pada diri sendiri bahwa kita mampu dan jalan yang kita pilih adalah jalan untuk meraih Ridho Allah dan ridho orang tua. Karena tanpa dia kita bukan siapa-siapa. Karena cara Allah beda dengan cara kita. Sebab, kuasa Allah beda dengan ilmunya kita. Karena Allah-lah yang Mahatahu.

Jadi, cobalah percaya kepada diri sendiri dan terus tebar kebermanfaatan sekecil apa pun itu. Sebab, rencana Allah jauh indah dari yang kita harapkan. Semangat berfastabiqul khairat.

Allah berfirman:
 
و عسى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وهُوَ خَيْرٌ لكَمْ وَعَسى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئا وهو شرٌّ لكم واللهُ يعلمُ وأَنْتُمْ لا تَعْلمُوْنَ
 
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” [QS. Al Baqarah: 216]
 
Dalam ayat ini ada beberapa hikmah dan rahasia serta maslahat untuk seorang hamba. Karena sesungguhnya jika seorang hamba tahu, bahwa sesuatu yang dibenci itu terkadang membawa sesuatu yang disukai, sebagaimana yang disukai terkadang membawa sesuatu yang dibenci, ia pun tidak akan merasa aman untuk tertimpa sesuatu yang mencelakakan menyertai sesuatu yang menyenangkan. Dan ia pun tidak akan putus asa untuk mendapatkan sesuatu yang menyenangkan menyertai sesuatu yang mencelakakan. Ia tidak tahu akibat suatu perkara, karena sesungguhnya Allah mengetahui sesuatu yang tidak diketahui oleh hamba. Dan ini menumbuhkan pada diri hamba beberapa hal:
 
1. Bahwa tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hamba daripada melakukan perintah Allah, walaupun di awalnya terasa berat. Karena seluruh akibatnya adalah kebaikan dan menyenangkan, serta kenikmatan-kenikmatan dan kebahagiaan. Walaupun jiwanya benci, akan tetapi hal itu akan lebih baik dan bermanfaat. Demikian pula tidak ada yang lebih mencelakakan dia daripada melakukan larangan, walaupun jiwanya cenderung dan condong kepadanya. Karena semua akibatnya adalah penderitaan, kesedihan, kejelekan, dan berbagai musibah.
 
Ciri khas orang yang berakal sehat, ia akan bersabar dengan penderitaan sesaat, yang akan berbuah kenikmatan yang besar dan kebaikan yang banyak. Dan ia akan menahan diri dari kenikmatan sesaat yang mengakibatkan kepedihan yang besar dan penderitaan yang berlarut-larut.
 
Adapun pandangan orang yang bodoh itu (dangkal), sehingga ia tidak akan melampaui permukaan, dan tidak akan sampai kepada ujung akibatnya. Sementara orang yang berakal lagi cerdas akan senantiasa melihat kepada puncak akibat sesuatu, yang berada di balik tirai permukaannya. Ia pun akan melihat apa yang di balik tirai tersebut berupa akibat-akibat yang baik ataupun yang jelek. Sehingga ia memandang suatu larangan itu bagai makanan lezat yang telah tercampur dengan racun yang mematikan. Setiap kali kelezatannya menggodanya untuk memakannya, maka racunnya menghalanginya (untuk memakannya). Ia juga memandang perintah-perintah Allah bagai obat yang pahit rasanya, namun mengantarkan kepada kesembuhan dan kesehatan. Maka setiap kali kebenciannya terhadap rasa (pahit)nya menghalanginya untuk mengonsumsinya, manfaatnyapun akan memerintahkannya untuk mengonsumsinya.
 
Akan tetapi itu semua memerlukan ilmu yang lebih, yang dengannya ia akan mengetahui akibat dari sesuatu. Juga memerlukan kesabaran yang kuat, yang mengokohkan dirinya untuk memikul beban perjalanannya, demi mendapatkan apa yang dia harapkan di pengujung jalan. Kalau ia kehilangan ilmu yang yakin dan kesabaran, maka ia akan terhambat dari memerolehnya. Tetapi bila ilmu yakinnya dan kesabarannya kuat, maka ringan baginya segala beban yang ia pikul, dalam rangka memperoleh kebaikan yang langgeng dan kenikmatan yang abadi.
 
2. Di antara rahasia ayat ini, bahwa ayat ini menghendaki seorang hamba untuk menyerahkan urusan kepada Zat yang mengetahui akibat segala perkara, serta rida dengan apa yang Ia pilihkan dan takdirkan untuknya, karena dia mengharapkan dari-Nya akibat-akibat yang baik.
 
3. Bahwa seorang hamba tidak boleh memiliki suatu pandangan yang mendahului keputusan Allah, atau memilih sesuatu yang tidak Allah pilih, serta memohon kepada-Nya sesuatu yang ia tidak mengetahuinya. Karena barangkali di situlah kecelakaan dan kebinasaannya, sementara ia tidak mengetahuinya. Sehingga janganlah ia memilih sesuatu mendahului pilihan-Nya. Bahkan semestinya ia memohon kepada-Nya pilihan-Nya yang baik untuk dirinya, serta memohon-Nya agar menjadikan dirinya rida dengan pilihan-Nya. Karena tidak ada yang lebih bermanfaat untuknya daripada hal ini.
 
4. Bahwa bila seorang hamba menyerahkan urusan kepada Rabbnya serta rida dengan apa yang Allah pilihkan untuk dirinya, Allah taala pun akan mengirimkan bantuan-Nya kepadanya untuk melakukan apa yang Allah pilihkan, berupa kekuatan dan tekad serta kesabaran. Juga, Allah taala akan palingkan darinya segala yang memalingkannya darinya, di mana hal itu menjadi penghalang pilihan hamba tersebut untuk dirinya. Allah pun akan memerlihatkan kepadanya akibat-akibat baik pilihan-Nya untuk dirinya, yang ia tidak akan mampu mencapainya, walaupun sebagian dari apa yang dia lihat pada pilihannya untuk dirinya.
 
5. Di antara hikmah ayat ini, bahwa ayat ini membuat lega hamba dari berbagai pikiran yang meletihkan pada berbagai macam pilihan. Juga melegakan kalbunya dari perhitungan-perhitungan dan rencana-rencananya, yang ia terus-menerus naik turun pada tebing-tebingnya. Namun demikian, ia pun tidak mampu keluar atau lepas dari apa yang Allah telah takdirkan. Seandainya ia rida dengan pilihan Allah, maka takdir akan menghampirinya dalam keadaan ia terpuji dan tersyukuri, serta terkasihi oleh Allah. Bila tidak, maka takdir tetap akan berjalan padanya dalam keadaan ia tercela dan tidak mendapatkan kasih sayang-Nya, karena ia bersama pilihannya sendiri. Dan ketika seorang hamba tepat dalam menyerahkan urusan kepada Allah taala dan ridanya kepada-Nya, ia akan diapit oleh kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya dalam menjalani takdir ini. Sehingga ia berada di antara kelembutan-Nya dan kasih sayang-Nya. Kasih sayang-Nya melindunginya dari apa yang ia khawatirkan, dan kelembutan-Nya membuatnya merasa ringan dalam menjalani takdir-Nya.
 
Bila takdir itu terlaksana pada seorang hamba, maka di antara sebab kuatnya tekanan takdir itu pada dirinya adalah usahanya untuk menolaknya. Sehingga bila demikian, tiada yang lebih bermanfaat baginya daripada berserah diri dan melemparkan dirinya di hadapan takdir dalam keadaan terkapar, seolah sebuah mayat. Dan sesungguhnya binatang buas itu tidak akan rela memakan mayat.***