Bali Tolak Penyebaran, Jutaan Telur Nyamuk Wolbachia Dihancurkan

Bali Tolak Penyebaran, Jutaan Telur Nyamuk Wolbachia Dihancurkan

WJtoday, Jakarta - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengonfirmasi pelepasan jentik nyamuk Aedes Aegypti mengandung Wolbachia di Bali ditunda. Kebijakan itu diambil menyusul sikap sejumlah masyarakat setempat yang belum siap dengan program tersebut.

"Sekarang sedang kita bahas dengan Pemerintah Provinsi Bali untuk menunda dulu pelepasan Wolbachia, dan melakukan sosialisasi sampai masyarakat siap," kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat (17/11/2023).

Nadia menjelaskan inovasi Wolbachia merupakan strategi baru untuk mengatasi penularan kasus dengue di Indonesia, melengkapi intervensi yang kini berjalan berupa pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

Nadia mengatakan Provinsi Bali menjadi salah satu wilayah uji coba penerapan inovasi nyamuk Aedes Aegypti mengandung Wolbachia melalui kerja sama dengan World Mosquito Program (WMP).

Sementara itu, uji coba pelepasan nyamuk wolbachia melalui Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaraan proyek percontohan (pilot project) Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue yang dilakukan di lima kota, yaitu Semarang, Bandung, Jakarta Barat, Bontang, dan Kupang.

Chief of Partnership, Strategic Program, and Operation Save the Children Indonesia Erwin Simangunsong menuturkan telur nyamuk wolbachia yang disiapkan untuk disebar di Denpasar dan Buleleng dihancurkan. Hal itu menyusul ditundanya penyebaran nyamuk yang disebut-sebut dapat mengatasi penyakit DBD tersebut.

"Dengan penundaan yang terjadi, maka telur akan dihancurkan karena memiliki masa simpan yang singkat," tutur Erwin, Rabu (15/11/2023).

Erwin menjelaskan semula telur nyamuk wolbachia akan dibagikan pada 22 ribu rumah tangga di Denpasar dan Buleleng. Penyebaran telur itu awalnya bakal dilakukan berkala selama 12-20 minggu.

Nantinya, Erwin melanjutkan, dari sejumlah telur yang diterima oleh satu rumah, hanya menjadi empat sampai lima nyamuk. Separuh nyamuk itu, bakal menjadi nyamuk jantan yang tidak menggigit manusia. "Bahkan, sebagian besar orang tidak akan pernah memperhatikan adanya peningkatan nyamuk yang dilepaskan," tutur Erwin.

Erwin menyadari masih ada kekhawatiran sejumlah pihak terkait penyebaran telur nyamuk wolbachia tersebut. Padahal, ia menyebut wolbachia merupakan bakteri alami yang ada pada populasi serangga sejak dulu dan tidak ada bukti bahwa penyebaran wolbachia membahayakan manusia, hewan, dan lingkungan.

Erwin mengeklaim penyebaran nyamuk wolbachia di Yogyakarta ampuh menurunkan DBD hingga 77 persen. Pasien rawat inap akibat DBD juga turun 86 persen. "Kami justru yakin penerapan wolbachia di Bali ini akan lebih menguntungkan pariwisata karena dapat meningkatkan keselamatan turis dan DBD di Bali juga bisa turun," kata Erwin.***