Kasus TBC Jabar Tertinggi di Indonesia, Pria Perokok Jadi Salah Satu Penyebabnya

Kasus TBC Jabar Tertinggi di Indonesia, Pria Perokok Jadi Salah Satu Penyebabnya

WJtoday, Jakarta - Di dunia, setiap 1 jam, ada yang meninggal dunia akibat TBC. Hal ini terungkap di acara Gerakan Serentak Temukan Obati Sampai Sembuh (Gertak TOSS TB) di Gedung Islamic Center Cirebon.

Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P), Dr Toat mengatakan, TBC adalah penyakit yang harus segera dikendalikan. Karena, pergerakan TBC tiap tahun naik-turun. Kegiatan ini, kata Toat,  semoga dirasakan, bahwa TBC harus dicegah sedini mungkin.

Kepala Dinkes Kota Cirebon Dr Hj Siti Maria Listiawati MM mengatakan, Indonesia masuk peringkat kedua di dunia penyakit TBC. Provinsi Jabar urutan pertama di Indonesia warganya berpenyakit TBC. Sebagai warga Kota Cirebon, kata Maria, sama-sama membulatkan tekad gerakan, temukan, obati pasien TBC sampai sembuh.

Menurut WHO, data kasus TBC di dunia mencapai 10.600.000 kasus. Sedangkan angka kematian mencapai 1.400.000 dengan komposisi laki-laki 6.600.000, perempuan 4.000.000.

"Jadi, laki-laki banyak yang meninggal. Penyebab salah satunya karena laki-laki perokok," bebernya.

Bagaimana dengan data TBC di Indonesia? Maria membeberkan, data TBC Di Indonesia jumlahnya 969.000 kasus. Angka kematiannya mencapai 144.000 per tahun, atau setara 11 kematian per jam.

"Mari sama-sama bergerak. Jangan ada TBC bergerak. Jangan lagi ada terdeteksi tapi tidak diobati. Jangan ada lagi sudah diobati tidak sembuh. Jangan lagi ada kematian yang sia-sia," tandasnya.

Maria juga menyampaikan, tahun 2022, Kota Cirebon peringkat tinggi di Jabar. Di Jabar sendiri ada 128.057 kasus. Dari angka itu, sebanyak  783 TBC dengan HIV positif dan 1.109 kasus kasus TBC yang  resisten obat.

Maria menjelaskan, pasien TBC resisten obat itu, kalau dihitung-hitung biayanya bisa membuat 1 rumah. Belum lagi daya penularannya.  Kota Cirebon tahun 2021 jumlahnya 1.909 kasus. Tahun 2022 jumlahnya  2020 kasus.

Pengendalian, kepadatan penduduk, kondisi lingkungan, berpengaruh. 

"Tanggung jawab menangani TBC tidak hanya sektor kesehatan, tapi kita semua," pungkasnya.***