Makin Meluas, Tercatat 423 Ekor Sapi di Kabupaten Cirebon Terjangkit Penyakit LSD

Makin Meluas, Tercatat 423 Ekor Sapi di Kabupaten Cirebon Terjangkit Penyakit LSD

WJtoday, Cirebon - Penyebaran kasus penyakit kulit berbenjol atau lumpy skin disease (LSD) di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, terus meluas. Berdasarkan data hingga Selasa (6/6/2023), sebanyak 423 ekor sapi terkena penyakit baru tersebut.

Informasi yang berhasil dihimpun menyebutkan, ratusan ekor sapi yang terpapar LSD ini menyebar di 32 kecamatan di Kabupaten Cirebon. Kejadian tersebut terjadi sejak akhir 2022.

Untuk data wilayah kecamatan yang terkena kasus LSD yakni, Greged (29 ekor), Beber (28 ekor), Susukan Lebak (28 ekor), Dukupuntang (10 ekor), Gebang (57 ekor), Mundu (6 ekor), Pasaleman (10 ekor), Karangwareng (24 ekor), Pangenan (6 ekor), Pabuaran (16 ekor), Astanajapura (7 ekor), Babakan (47 ekor), Tengahtani (3 ekor).

Kemudian Plered (2 ekor), Gempol (30 ekor), Ciledug (39 ekor), Gunungjati (5 ekor), Pabedilan (38 ekor), Talun (20 ekor), Plumbon (4 ekor), Waled (15 ekor), Palimanan (3 ekor), Depok (2 ekor), Losari (7 ekor), Karangsembung (5 ekor), Sumber (1 ekor), Sedong (3 ekor). Lalu Klangenan (2 ekor), Lemahabang (7 ekor), Arjawinangun (13 ekor), Kaliwedi (5 ekor), dan Susukan (5 ekor).

Sekretaris Dinas Pertanian Kabupaten Cirebon, drh. Encus Suswaningsih mengatakan, kasus LSD di wilayahnya terus bertambah. Apalagi, dalam waktu dekat bakal memasuki Hari Raya Iduladha.

Ia menyebutkan, dari ribuan ekor sapi, baru ada baru 300 ekor yang sudah mendapatkan proteksi tersebut. Selain itu, dilakukan upaya pengobatan dan penyemprotan kandang sapi dengan cairan disinfektan.

“Pemerintah daerah kesulitan melakukan penyebaran LSD lantaran proses distribusi sapi dari luar kota melalui jalan tol. Sementara pos pemeriksaan ada di jalur arteri,” kata Encus di Sumber.

“Masyarakat tidak perlu panik lantaran daging dari sapi yang terkena LSD masih bisa dikonsumsi. Penyakit ini hanya menempel di kulit, daging bisa dimakan, tidak seperti PMK,” lanjutnya.

Encus mengatakan, LSD merupakan penyakit kulit infeksius disebabkan oleh lumpy skin disease virus (LSDV) yang merupakan virus bermateri genetik DNA dari genus Capripoxvirus dan famili Poxviridae.  Virus tersebut umumnya menyerang hewan sapi dan kerbau.

“Penularan LSD secara langsung melalui kontak dengan lesi kulit, namun virus LSD juga diekskresikan melalui darah, leleran hidung dan mata, air liur, semen dan susu. Penularan juga dapat terjadi secara intrauterine,” kata Encus.

Penyakit LSD pertama kali dilaporkan di Zambia, Afrika pada 1929 dan terus menyebar di benua Afrika, Eropa, dan Asia.***