Mengenal Awan Tsunami, Awan Pembawa Hujan dan Petir

Mengenal Awan Tsunami, Awan Pembawa Hujan dan Petir

WJtoday, Aceh - Fenomena aneh dan langka pada Senin (10/8) pagi di langit Aceh, tepatnya di kawasan sekitaran Nagan Raya, Aceh Barat Daya dan Meulaboh, dimana terjadi fenomena awan menggelantung seperti ombak tsunami raksasa.

 Fenomena aneh dan langka tersebut sempat direkam oleh beberapa warga dan menghebohkan dunia maya. ⁣⁣

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun I Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh, Zakaria, menjelaskan awan yang berbentuk seperti gelombang tsunami yang menggulung itu adalah awan Arcus. Awan itu memang berbentuk gulungan ombak dan bagian dari awan Cumulonibus.⁣⁣
⁣⁣
Dari foto dan video yang beredar di internet, kita melihat betapa mengerikannya awan cumulonimbus di Aceh. Mungkin Anda juga penasaran bagaimana sih proses terbentuknya awan cumulonimbus, dan apa saja dampaknya jika fenomena itu muncul.

Cumulonimbus berasal dari bahasa Latin “Cumulus” yang artinya “Tumpukan,” dan “Nimbus” yang berarti “Hujan badai.” Awalnya, cumulonimbus merupakan awan cumulus (awan yang menggumpal di langit) yang tercipta akibat adanya updraft  (udara yang naik) dan mengembun di langit. Awan cumulus bisa berkembang melalui kondensasi. Dalam tahap ini, udara di dalam awan jadi lebih hangat daripada udara disekitarnya.  Nah, ketidakstabilan udara memicu awan cumulus untuk tumbuh secara vertikal.

Udara yang bergerak ke atas menjaga tetesan air dan kristal es terperangkap di dalam awan. Ketika awan terbentuk ke ketinggian di mana suhu di bawah titik beku, curah hujan besar dan hujan es kecil mulai terbentuk. Akhirnya, air hujan yang menumpuk tak mampu lagi ditahan oleh udara yang bergerak ke atas dan turun ke bumi. Air hujan, penguapan, serta pendinginan udara di dekat batas awan menciptakan  downdraft (aliran udara yang bergerak ke bawah).

Dalam tahap ini, updraft  dan downdraft memicu terjadinya badai petir di dalam awan. Awan cumulonimbus akan semakin meninggi hingga menyentuh statosfer. Bagian atas awan akan semakin menyebar dan membentuk seperti landasan. Kilat, petir, hujan lebat, dan hujan es kemungkinan bisa dihasilkan pada tahap ini.

Di tahap terakhir, aliran udara ke atas semakin melemah. Sebaliknya, aliran udara ke bawah akan menghasilkan sambaran-sambaran petir. Tapi biasanya, badai petir tak berlangsung lama di tahap akhir ini, sebab aliran udara ke atas berhenti memasok “bahan bakar” petir, yakni udara hangat dan lembap dari permukaan bumi.

Awan cumulonimbus memang bisa menghasilkan hujan dan petir. BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tak panik dengan fenomena awan Arcus. Namun, ia meminta masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati. ⁣⁣Dan mengimbau warga agar tak berada di lokasi terbuka jika melihat awan tersebut.***