Sudah Hampir 7 Bulan Kapten Pilot Susi Air Disandera KKB Papua

Sudah Hampir 7 Bulan Kapten Pilot Susi Air Disandera KKB Papua

WJtoday, Jakarta - Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) Organisasi Papua Merdeka (OPM) atau disebut juga Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) ungkap kondisi terkini Kapten Pilot Susi Air Philips Marthen.

Sebagaimana diketahui, Kapten Philips disandera pasukan yang diketuai  komando Egianus Kagoya itu sejak 14 Februari lalu.

Ketua TPNPB OPM, Jeffrey P Bomanak menungkapkan kondisi terkini dari pilot Susi Air.

Sebelumnya pihak TPNPB OPM melalui Egianus Kagoya sempat mengeluarkan ancaman bahwa akan melakukan eksekusi terhadap pilot Susi Air pada 1 Juli lalu jika pemerintah Indonesia tidak memenuhi tuntutan mereka.

Akan tetapi Jeffrey menjelaskan jika pihaknya tidak jadi melakukan eksekusi dan memilih untuk tetap melakukan negosisi dengan pemerintah Indonesia.

Dalam tayangan video di Paradox Papua, pimpinan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat - Organisasi Papua Merdeka (TPNPB - OPM) mengungkapkan kondisi terkini dari pilot Susi Air.

Menurut Jeffrey pihaknya telah mengabarka keluarga serta pemerintah Selandia Baru atas kondisi terkini dari Philips Marten atau Philip Mark Mehrtens.

“Menuju tujuh bulan penyenderaan dari Pilips Marten ini kami telah memberikan kabar pada keluarga, pemerintah dan ambassador new Zeland bahwa kadaannya saat ini masih tetap aman,” terang Jeffrey.

Akan tetapi Jeffrey menyayangkan sikap dari pemerintah Indonesia yang sepertinya lepas tangan atas penyenderaan Philips Marten.

Selain itu Jeffrey juga mengatakan bahwa penyanderaan dari Philips Marten merupakan penyanderaan yang ke sembilan dan penyanderaan ini merupakan bermuatan politik.

“Ini adalah strategi kami dalam perjuangan untuk memerdekaan Papua,” terang Jeffrey.

“Kami menyendera pilot Susi Air bukan untuk mengintrogasi dan dibunuh, namu kami menyandera Philips Marten untuk menarik perhatian pemerintah Indonesia atas perjuangan kami,” tegas Jeffrey.

Sedangkan tentang kemerdekaan Papua, Jeffrey beberapa waktu lalu juga menyampikan bahwa sebenarnya Indonesia tidak berhak memerdekaan Papua karena ada pihak lain yang berkuasa.

Hal tersebut diungkapkan oleh Jeffrey P Bomanak mengungkapkan bahwa sebenarnya Indonesia tidak berhak memerdekaan Papua karena ada pihak lain yang berkuasa di atas Tanah Papua.

Menurut Jeffrey yang merupakan ketua Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat -Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) dua negara yang memegang peranan penting di Tanah Papua adalah Amerika dan Belanda.

Hal ini tidak lepas dari sumberdaya alam Papua yang salah satunya adalah emas.

“Buktinya sudah sangat jelas bahwa Freeport bukan hanya Indonesia saja yang kontrol saat ini, mulai dari 2021 Inalum menyatakan bahwa dia kontrol dengan pembagian 51 persen tetapi angka nominal daripada 51 persen tersebut tidak jelas dan sesungguhnya 90 persen masih dikuasai oleh Amerika,” jelas Jeffrey.

Jeffrey menambahkan bahwa terdapat 24 kroni-kroni Amerika dan yang terjadi pertanyaan besar saat ini apakah Indonesia mau terus diperalat oleh Amerika untuk melakukan banyak dosa di atas Tanah Papua.***