Tanpa Biaya Pemda, 10 Maestro Seni Asal Jabar Bakal Hadiri Dark Moso Australia pada 8-20 Juni Mendatang

Tanpa Biaya Pemda, 10 Maestro Seni Asal Jabar Bakal Hadiri Dark Moso Australia pada 8-20 Juni Mendatang
Lihat Foto

WJtoday, Bandung - Sebanyak 10 maestro seni asal Jawa Barat akan bertolak ke Australia awal bulan Juni 2023. Para maestro seni ini diundang untuk mengisi acara Contemporary Art Tasmania, Dark Moso Australia, 8 - 20 Juni 2023.

Namun sayang, keberangkatan para mestro seni yang terdiri atas Tisna Sanjaya, Deny Tri Ardianto, R Hani Pribadi R Hari Abadi, Bi Raspi, Mas Nanu Munajar, Yoyon Darsono, Ayi Ruhyat, Yaya Suryadi, Muhammad Daffa Ananta Sanjaya ini tidak mendapat respon dan perhatian pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi Jawa Barat maupun pemerintah kabupaten kota tenpat domisi para maestro.

Hal ini diakui oleh salah seorang maestro seni, Mas Nanu Munajar. Lelaki yang akrab disapa Bah Nanu ini mengatakan, pemerintah daerah seperti menganaktirikan pada para seniman yang telah diakui secara naional maupun internasional.

"Ini berbeda dengan para atlet olahraga, yang berhasil membawa medali baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional yang selalu diganjar dengan berbagai penghargaan dan kadeudeuh. Sedangkan kami para seniman, jangankan bantuan material dan pengahrgaan, dorongan doa maupun ucapan pun tidak pernah diberikan," ujar Bah Nanu, Rabu, 31 Mei 2023.

Menurut Bah Nanu, keberangkatan para maestro seni ke festival Dark Moso Contemporary Art Tasmania 2023 ini dibiayai oleh penyelenggara festival (panitia) dan Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikudristek). "Kami dibiayai panitia lima orang dan oleh Dirjen Kebudayaan lima orang, terimakasih pak Dirjen," katanya.

Dikatakan Bah Nanu, para maestro seni ini akan memperkenalkan seni budaya asal Jawa Barat dikolaborasikan dengan seni lukis, instalasi seni, seni rupa dan seni lainnya. Diharapkan dari, kegiatan ini banyak wisatawan manca negara datang ke Jawa Barat.

"Intinya, kami memperkenalkan seni budaya serta kepariwisataan Jawa Barat. Tapi kami tidak perah dihargai oleh pemerintah daerahnya sendiri," tandasnya.

Sedangkan tradisional yang akan ditampilkan di Contemporary Art Tasmania, Dark Moso yakni:

1. Ruwat Bumi
Ruwatan Bumi adalah bertujuan untuk mensucikan jiwa, dengan dibekali berbagai ajaran etik dan moral yang terungkap dalam upacara, mengandung makna simbolik setiap perlengkapannya, termasuk sajennya.

Upacara Ruwatan Bumi diselenggarakan dalam suasana khidmat dan sakral.
Dalam upacara ruwatan, nilai-nilai moral yang disakralkan.

Tujuan ruwatan itu merupakan "tarekah" dan ikhtiar untuk mencari kesalamatan lahir-batin, dunia-akhirat.

Para pelaku upacara Ruwat Bumi tersebut memakai busana kampret dan pangsi warna putih, adalah sebagai lambang suci.

2. Ritual Ngahuripkeun Lembur

Ritual Ngahuripan merupakan tradisi berdoa kepada leluhur untuk membangun hakekat keberkahan masyarakat, dengan sawen sebagai obat agar tidak susah memperoleh kehidupan yang baik dari hasil bertani dan berkebun.

Ritual Ngahuripkeun ini diawali tawasul dengan Kidung Arti, adalah persembahan lagu yang berkaitan dengan memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dilindungi keselamatannya, dan mendo'akan para leluhur agar melindungi segala kegiatan yang dilakukannya mendapatkan ridho supaya diberikan kelancaran, serta memohon agar lingkungan alamnya diberikan kemakmuran dan kesuburan.

3. Upacara Hajat Arwah
Hajat arwah merupakan tradisi ritus upacara nadran atau nyekar di bulan rewah untuk berdoa kepada embah Dalem Jagat Sakti (Mbah Entang) guna menghormati jasanya yang telah membangun daerah Kampung Cibarengkok Desa Nyalindung, Kec. Cipatat Kab. Bandung Barat.

Upacara Hajat Arwah berdo'a kepada "Karuhun" atau para leluhur menghormati atas jasa-jasanya warga tersebut menjadi inspirasi untuk dipersembahkan dalam karya instalasi "Ibu Bumi, Rakus". Diawali dengan lagu Salawat Rosul dan Ronggeng Gunung. Kemudian oleh pelaku upacara tersebut dilanjutkan pembagian minyak japron dan kemenyan, dengan tujuan agar para pelaku upacara maupun penonton mendapat lindungan dara para leluhur dan karyanya mewangi terus.
Kemudian setelah itu para pelaku melakukan arak-arakan atau helaran.

Para pelaku memakai baju koko, sarung, dan kopeah.

4. Upacara Hajat Buruan
Hajat Buruan merupakan upacara tujuan suci untuk keselamatan dan kesuburan warga masyarakat Kampung Cikareumbi Desa Cikidang, Kecematan Lembang, Kab. Barat Barat. Upacara tersebut dilakukan setiap bulan Muharam, adalah sebagai bentuk syukur diberikan kesuburan dan air yang melimpah. Pada upacara tersebut, setiap warga menyajikan sedekahan tumpeng dan air.
Air do'a tersebut setelah upacara disiramkan pada tanaman maupun dibagikan ke pengunjung. Adapun tumpeng berkah itu selain dimakan bersama, juga dibagikan kepada pengunjung yang menghadiri upacara tersebut.
Kemudian air berkah tersebut diarak keliling kampung.

Para pelakuk upacara memakai batik, sarung, dan kopeah.

5. Upacara Ngalokat Cai
Ngalokat Cai adalah upacara yang dilakukan setiap setahun sekali oleh warga masyarakat Desa Cihideung Kecamatan Parongpong Kab. Barat Barat, adalah bentuk rasa syukur atas diberikan kelimpahan air untuk kesuburan tanah, sehingga tanaman hiasnya tumbuh subur.

Pada upacara tersebut, adanya "kawin cai" yaitu menyatukan air dari berbagai sumber mata air.
Setelah itu dilakukan upacara "Adus Batin", yaitu mencuci kaki dan membasuh muka peserta upacara atau pengunjung.

Pada upacara ini diiringi lagu Kucuran dan ronggeng gunung.
Pelaku upacara memakai pangsi dan kampret putih.

6. Upacara Papajar
Papajar upacara menyambut datangnya romadan bagi masyakat dengan ungkapan rasa syukur. Tradisi ini dilakukan pada bulam rewah, menjelan bulan romadan.
Dalam upacara ini, secara simbolis dua pasangan anak atau remaja, juga orang dewasa laki-laki dan perempuan disirami air, yaitu wajah dan membasuh tangan. Setelah itu dilakukan "Nyècép", yaitu membagikan sedekah uang dalam amplop. Adalah sebagai simbol, hidup harus saling berbagi rizki.
Kemudian dilanjutkan "Cucurak", yaitu makan tumpeng bersama.

Para pelaku upacara memakai pakaian kampret dan pangsi hitam.

7. Upacara Mapag Hujan atau Ngagayuh Salju
Mapag Hujan atau Ngagayuh Salju, adalah upacara meminta diturunkannya hujan, ketika cuaca sedang kemarsu, maka kokolot lembur (kasepuhan) bersama warga mengadakan upacara berdoa kepada Tuhan serta leluhur agar diturukan hujan, untuk menyirami tanaman.

Untuk mengiringi upacara tersebut dipersembahkan lagu Nimang atau Ayun Ambing dan Ronggeng Gunung. Pada upacara ini dilakukan mandi kembang, yaitu mandi dengan 7 macam bunga.
Mandi dengan 7 macam bunga tersebut, berkaitan dengan sipat ma'ani Allah, yaitu hidup, kekuatan, kemauan, pernyataan, penglihatan, pendengaran dan perasaan.

Pada upacara ini, membagikan "beubeutian", yaitu buah-buahan, singkong dan ubi-ubian.
Para pelaku upacara memakai baju koko, sarung, dan kopeah.

8. Upacara Babarit dan Nyilar
Babarit merupakan upacara membuang sial, yang dilakukan oleh warga agar terhindar dari mara bahaya. Agar terhindar dari masalah tersebut, adalah membuang sial dengan kepalan nasi atau roti.

Ritual Panyinglar adalah tradisi tolak bala untuk menghadapi adanya pangebug atau sasalad yang datang ke kampung, sehingga masyarakat terhindar daru marabahaya, dengan mediat tolak bala sawen, berupa daun panglay.

Untuk menutup acara ini dipersembahkan lagu Rajah Pamunah.
Kemudian dilanjutkan dengan membuang sakeupeul/sekepal nasi atau roti.
Para pelaku upacara memakai pakaian batik, sarung, dan kopeah.***