Gaduh Kalung Anticorona, Kementan Sebaiknya Fokus Urus Ketahanan Pangan

Gaduh Kalung Anticorona, Kementan Sebaiknya Fokus Urus Ketahanan Pangan
WJtoday, Jakarta - Wakil Ketua Komisi IV dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Daniel Johan meminta agar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo fokus mengamankan ketersediaan pangan Indonesia ketimbang membuat kalung penawar Covid-19 yang berbasis pohon kayu putih (eucalyptus).

"Lebih baik Kementan fokus untuk mengamankan pangan dan kesejahteraan petani, karena tugas pokoknya mengamankan pangan dan meningkatkan kesejahteraan petani," kata Daniel, seperti dikutip CNNIndonesia.com, Senin (6/7/2020).

Daniel mengaku menghargai upaya Syahrul untuk menemukan penawar Covid-19. Meski demikian, ia kalung itu belum teruji secara klinis.

"Wajib diuji secara kompeten dulu efektivitasnya, bukan sekedar klaim," kata Daniel.

Terpisah, anggota Komisi IX DPR Saleh Partaonan Daulay meminta agar Mentan mendalami lagi penggunaan kalung anticorona dengan melibatkan lembaga riset lainnya.

"Orang-orang belum yakin atas temuan itu. Jika banyak yang belum yakin, tentu belum tepat jika diproduksi massal," kata Saleh.

Saleh mengatakan kalung eucalyptus yang mampu membunuh virus corona itu, bisa jadi tidak mempan untuk corona jenis SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19.

Lagipula, kalung tersebut belum terbukti keampuhannya. Dan ada banyak peneliti dan lembaga penelitian yang masih meragukan temuan tersebut.

Ia lantas mengimbau Kementerian pertanian untuk melakukan penelitian lanjutan terkait dengan kalung antivirus corona yang hendak diproduksi.

"Karena itu, belum bisa diklaim sebagai antivirus Corona," tandasnya.


Kementerian Pertanian (Kementan) pun buka suara soal kalung 'antivirus' Corona. 'Antivirus' tersebut saat ini menjadi sorotan dan tak jarang menuai kritik.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Fadjry Djufry menegaskan produk antivirus Corona berbasis tanaman atsiri (eucalyptus) akan diproduksi masal melalui pihak swasta. Menurutnya, Kementan hanya melakukan penelitian serta uji laboratorium saja.

"Kita sudah bekerja sama dengan beberapa perusahaan swasta dan mereka sepakat untuk memproduksi produk tersebut secara masal," ujar Fadjry dalam keterangan tertulis Kementan, Minggu (5/7/2020).

Dalam proses produksinya, Balitbangtan telah menggandeng PT Eagle Indo Pharma untuk membantu memasarkannya ke masyarakat. Tak hanya dalam negeri saja, Balitbangtan tengah melakukan pendekatan kerjasama dengan mitra asing seperti perusahaan pharmaceuticals dari Jepang Kobayashi dan Aptar Pharma dari Rusia.

Kedua perusahaan tersebut sudah memiliki cakupan pemasaran di berbagai negara mulai dari Asia Tenggara, China, Jepang, Amerika Serikat, Rusia hingga Eropa.

"Saya harap kerja sama yang kami coba lakukan ini bisa mempercepat produksi massal produk antivirus itu demi memenuhi permintaan masyarakat luas. Sehingga paling tidak kita bisa berkontribusi juga terhadap penekanan penyebaran COVID-19," paparnya.

Produk antivirus tersebut tersedia dalam berbagai bentuk seperti inhaler, roll on, salep, balsem, dan diffuser.

Sementara itu, Kepala Balai Besar penelitian Veteriner, Indi Dharmayanti menjelaskan bahwa produk ini efektif digunakan setiap hari. Sebab hanya dengan 5-15 menit diinhalasi akan efektif bekerja sampai ke alveolus. Artinya dengan konsentrasi 1 persen saja sudah cukup membunuh virus 80-100 persen.

"Produk ini dapat melegakan saluran pernapasan, kemudian menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual, dan mencegah penyakit mulut," terangnya. ***