Gonjang Ganjing Partai Golkar yang Diguncang Perpecahan, Opung Luhut Siap Kendalikan

Gonjang Ganjing Partai Golkar yang Diguncang Perpecahan, Opung Luhut Siap Kendalikan

WJtoday, Bandung - Partai Golkar dikabarkan tengah diguncang perpecahan. Sejumlah elite partai mendorong digelarnya musyawarah nasional luar biasa (munaslub), mencopot Airlangga Hartarto dari kursi ketua umum.

Data survei menunjukkan Partai Golkar kedodoran dalam elektabilitas baik sebagai parpol ataupun tingkat keterpilihan Ketua Umum Airlangga Hartarto.

Hal itu dapat dilihat dari hasil pelbagai lembaga survei, misalnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 1-8 Juli 2023. Partai dengan jumlah legislator terbanyak kedua di parlemen itu menyisakan elektabilitas di angka 6 persen. Bandingkan dengan PDIP 23,7 persen, Gerindra 14,2 persen, dan PKS 6,2 persen.

Hasil yang mengkhawatirkan itu juga terjadi pada elektabilitas Airlangga. Jika top of mind pilihan presiden, Airlangga tidak meraih suara alias alias 0,0 persen. Simulasi 19 nama calon presiden, elektabilitas Menko Perekonomian itu hanya 0,5 persen.

Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar Luhut Binsar Pandjaitan mengaku banyak menerima aduan elite Golkar yang mengkhawatirkan perkembangan partai.

Berdasar berbagai survei menunjukkan partai beringin terus merosot. Selain itu, hingga saat ini, Golkar belum bersikap terkait Pilpres 2024

Atas kondisi yang terjadi, Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan kesediannya menjadi Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Airlangga Hartarto. Pernyataan Luhut itu disampaikan dalam Program Rosi, di Kompas TV.

"Mereka minta saya majulah sebagai Ketua Umum. Silakan saja tapi saya tak mau berkelahi. Kalau kalian bikin, saya tak mau main-main uang," kata Luhut, dalam acara bertajuk Luhut Calon Ketum Golkar? yang diunggah di kanal YouTube, dikutip Minggu (23/7).

Demikian pula mengenai cara pemilihan ketua umum baru melalui musyawarah luar biasa (Munaslub) Partai Golkar.

"Saya tidak dalam posisi mendukung atau tidak mendukung. Terserah mereka kalau sudah tidak puas. Mau saya bilang nggak atau iya, terserah mereka. Kalau itu mau jalan, lakukanlah dengan baik-baik," ujarnya.

"Asal dilakukan dengan damai, dengan niat yang baik. Kenapa tidak? Tapi, jangan dengan rusuh. Terserah mereka, saya tak mau campuri," purnawirawan Jenderal Kopassus berusia 72 tahun itu menambahkan.

Luhut juga menyampaikan bahwa permasalahan dalam tubuh Golkar sudah terjadi dalam delapan bulan terakhir.

Rosi kemudian menanyakan apakah Luhut menjadi otak di balik penggulingan Airlangga Hartarto.

"Enggak lah Ros. Untuk apa sih kepentingan saya di situ. Kalau saya jadi Ketua Umum Golkar apa mau jadi presiden, wakil presiden? Pasti tidak," katanya.

"Kalau saya menjadi Ketua Umum Partai Golkar ingin memperbaiki saja. Karena saya suka memperbaiki," Luhut menegaskan.

Ia kemudian memastikan perolehan kursi DPR dalam Pemilu 2024 minimal mempertahankan yang sudah ada atau meningkatkannya dari 84 menjadi 100 kursi di Senayan.

"Jadi Pak Luhut mau jadi ketua umum?" tanya Rosi.

"Ya, kalau diusulkan ramai-ramai," jawab Luhut.

Luhut menambahkan sebenarnya Airlangga bisa mengatasi dengan membuat kompak seluruh jajaran partai. Namun, katanya, ia tidak rela jika Partai Golkar terus merosot seperti tercermin dalam berbagai survei terakhir ini.

Gonjang-ganjing Partai Golkar muncul ke permukaan dalam sebulan terakhir. Diawali rekomendasi Dewan Pakar yang mendesak agar paling telat Agustus sudah mendeklrasikan calon presiden.

Kemudian, anggota Dewan Pakar Golkar Ridwan Hisjam bersama 10 kader senior, antara lain Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Sentral Organisasi Karyawan Swadiri (Soksi) Lawrence TP Siburian dan Ilham Bintang, menggelar jumpan pers.

Mereka mewacanakan musyawarah luar biasa (Munaslub) untuk melengserkan Airlangga sebagai ketua umum. Saat itu, terlontar nama Opung Luhut yang dalam posisi sebagai menko dianggap setara dengan Airlangga.

Tudingan Luhut di balik upaya Munaslub pun menyeruak. Upaya Luhut menggoyang Airlangga tersebut, kata pengamat politik Citra Institute Efriza, perlu diwaspadai kubu Airlangga. Ia memperkirakan dukungan kepada Luhut makin menguat di internal Golkar.

Efriza menilai Luhut sebagai kuda hitam yang disiapkan untuk mengendalikan arah partai beringin.

"Inilah pola pemerintah sekarang menjinakkan partai-partai Koalisi yang mereka anggap nakal," ujarnya.

Ia menilai ada kekhawatiran Golkar akan mengarahkan haluan ke Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang menjagokan Anies Baswedan di tengah ketidakpastian koalisi saat ini.***