Jokowi Dinilai Berhasil Putus Tradisi 'Buruk' Presiden Terdahulu Dipenghujung Kekuasaannya

Jokowi Dinilai Berhasil Putus Tradisi 'Buruk' Presiden Terdahulu Dipenghujung Kekuasaannya

WJtoday, Jakarta - Sosok Joko Widodo atau Jokowi dinilai berhasil putus citra dan tradisi buruk para presiden terdahulunya. Presiden-presiden di Indonesia umumnya berakhir buruk di ujung pemerintahannya. 

Hal itu disebutkan pendiri Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Denny JA, Kamis (17/8/2023). 

Denny JA mencontohkan Sukarno dan Soeharto yang jatuh serta BJ Habibie yang laporannya ditolak MPR. Kemudian, Abdurrahman Wahid (Gus Dur) digulingkan, sedangkan Megawati Soekarnoputri gagal terpilih kembali. Lalu, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang popularitasnya merosot sehingga berdampak terhadap elektabilitas Partai Demokrat.

Namun, menurut Denny JA, tidak demikian dengan Jokowi. Sebab, tingkat kepuasan publik (approval rating) terhadap pemerintahannya jelang setahun purnabakti mencapai 80%. Ini disebut jarang terjadi di Indonesia.

"Di ujung kekuasaannya, Jokowi masih sangat populer. Menjelang proklamasi 17 Agustus, approval rating, yang puas atas kinerja Jokowi selaku presiden, masih sangat tinggi di angka 80%. Itu hasil survei LSI Denny JA yang baru saja selesai, beberapa hari lalu," tuturnya dalam keterangannya, dikutip Jumat (18/8/2023).

"Jokowi keluar dari tradisi presiden Indonesia. Ia justru sangat populer di ujung kekuasaannya," sambungnya.

Lebih jauh, Denny JA menyampaikan, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintahan Jokowi sejak Januari 2023 berkisar 79-82%. Ini disebut sebagai approval rating yang teramat tinggi.

Hal ini, lanjutnya, membuat isu perubahan yang diusung koalisi pendukung eks Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, tidak bergema. Tingkat keterpilihan Anies pun masih kalah selisih 2 digit daripada Ganjar Pranowo, terlebih Prabowo Subianto.

Ia berpendapat, isu perubahan bakal bergema jika presiden yang berkuasa tidak populer. Pangkalnya, hal itu menunjukkan publik ingin suasana baru dan berbeda.

"Mereka yang menyadari data ini tak akan mengusung isu perubahan. Yang harusnya diusung justru 'Jokowi effect', efek kedekatan dengan Jokowi, efek melanjutkan program penting Jokowi," kata Denny JA.


Jokowi, Presiden Paling Terfavorit 

Sebelumnya, sosok Joko Widodo atau Jokowi jadi presiden yang paling disukai di antara tujuh presiden lainnya. Hanya Soeharto, yang memiliki persentase favorit kedua setelah Jokowi.

Denny JA, pada 19 Juni 2023 lalu, mengatakan, persentase 35,1% menyatakan kesukaannya kepada Jokowi sementara Soeharto dengan 31,9%. Kemudian Soekarno dengan 10%,  Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan 9.1%, Abdurrahman Wahid atau biasa dengan panggilan Gus Dur menjadi presiden paling disukai oleh 4.6%, Bacharuddin Jusuf Habibie menjadi presiden paling disukai oleh 3.6%, dan Megawati Soekarnoputri oleh 0.3%.  

Jokowi dan Soeharto bersaing ketat sebagai presiden paling disukai,” kata Denny dalam keterangan, Senin (19/6).

Denny menyebut, berdasarkan segmen ekonomi, Jokowi menjadi presiden paling disukai di masyarakat dengan pendapatan di bawah Rp4 juta. Namun, untuk masyarakat dengan pendapatan empat juta ke atas, Soeharto menjadi presiden paling disukai.

Untuk segmen pendidikan, Jokowi paling disukai untuk masyarakat yang pendidikannya tamat SMA ke atas. Soeharto paling disukai di masyarakat dengan pendidikan tamat SMP ke bawah.

Dari sisi penganut agama, Jokowi menjadi presiden paling disukai di pemeluk agama Islam maupun pemeluk agama non-Islam. Sementara, secara gender, Jokowi paling disukai baik di laki-laki maupun di perempuan.

Presiden yang disukai di segmen pilihan partai memperlihatkan kecendrungan yang menarik. Jokowi paling disukai oleh pemilih PDIP. Soeharto paling disukai di pemilih Golkar, Gerindra, Nasdem, PKS, PAN, dan PPP. 

“SBY paling disukai di pemilih partai Demokrat,” ujarnya.

Pada segmen usia, Jokowi menjadi pilihan presiden paling disukai oleh masyarakat yang berusia 50 tahun ke bawah. Masyarakat yang berusia 50 tahun keatas, presiden paling disukainya adalah Soeharto.

“Memori pemilih usia 50 tahun ke atas, yang lahir sebelum tahun 1973, masih  dipesona oleh sisi kuat mantan Presiden Soeharto,” ucapnya.

Berdasarkan daerah, Jokowi paling disukai oleh publik yang berada di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali – NTB – NTT, dan Maluku – Papua. Soeharto paling disukai di masyarakat yang berada di Sulawesi.

“Di semua segmen masyarakat, praktis Jokowi dan Soeharto yang saling mengalahkan,” katanya menandaskan.

Dari sisi capres 2024, kata Denny, Prabowo unggul di pemilih yang menyukai Jokowi, Soeharto dan Gus Dur. Sementara, Ganjar unggul di pemilih yang menyukai Soekarno dan Megawati, dan Anies unggul di pemilih yang menyukai SBY dan Habibie.

Ia memandang, Jokowi dan Soeharto bersaing ketat sebagai presiden yang paling disukai karena beberapa hal.

Pertama, Jokowi presiden yang tengah menjabat, kedekatannya dengan rakyat terasa otentik dan masih segar dalam memori publik. Kedua, di luar sisi negatifnya, peran Soeharto membangun ekonomi Indonesia, berdialog dengan rakyat kecil masih kuat dalam ingatan publik luas. 

Maka dari itu, tidak heran, bila Soeharto lebih disukai dibandingkan semua presiden era reformasi. Sebut saja Habibie, Gus Dur, Mega dan SBY, kecuali Jokowi.

Ketiga, Bung Karno presiden sangat berjasa, sayangnya generasi yang hidup di era Bung Karno berkuasa semakin sedikit. Alhasil, Bung Karno kalah populer di kalangan mayoritas populasi yang memang tak mengalami leadership Bung Karno secara langsung. 

Terakhir, presiden lain, di luar Jokowi, Soeharto dan Bung Karno, tetap dikenal tapi kalah kuat citranya sebagai presiden yang dekat dengan rakyat.***