Kontak Erat dengan Pasien Cacar Monyet? Ini Rekomendasi dari IDI

Kontak Erat dengan Pasien Cacar Monyet? Ini Rekomendasi dari IDI

WJtoday, Jakarta - Masyarakat yang mempunyai kontak erat dengan penderita cacar monyet atau Monkeypox diminta untuk segera memeriksakan diri ke dokter dan melakukan isolasi mandiri (isoman).

Hal itu diungkapkan ketua Satgas Cacar Monyet (Monkeypox) Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Hanny Nilasari.

Hanny menambahkan, pencegahan penularan dilakukan agar virus yang tergolong zoonosis ini tidak menyerang secara massal, utamanya ketika seseorang sudah merasa bergejala usai berkontak erat dengan penderita. 

"Jika merasa berkontak dengan yang terkonfirmasi, atau ada kontak erat, kalau misalnya teridentifikasi bahwa orang itu baru pulang dari bepergian dari negara-negara yang kasusnya sudah ada laporan terkonfirmasi, tentu harus memeriksakan dirinya ke faskes," kata Hanny melalui keterangannya, dikutip Jumat (2/9/2022).

Hanny menuturkan, orang yang berkontak erat dan suspek itu harus memberikan informasi yang sejelasnya kepada petugas kesehatan di rumah sakit atau klinik tersebut. 

Pasalnya, manifestasi atau gejala cacar monyet hampir mirip dengan gejala virus cacar air atau pun herpes. Ruam-ruam atau lesi merah di kulit pun mirip dengan penyakit cacar pada umumnya. 

"Memang perlu ketelitian khusus dan ketajaman klinis yang baik dari seorang petugas kesehatan. Supaya petugas kesehatan tidak ragu mendiagnosis dan memeriksa fisik maupun laboratorium yang dibutuhkan," ucap dia. 

Setelah merasa muncul tanda-tanda lainnya seperti demam, meriang, dan pegal, Hanny meminta agar pihak yang berkontak erat dengan penderita segera melakukan isolasi mandiri. 

Isolasi mandiri kasus konfirmasi cacar monyet ditetapkan selama 21 hari atau hingga gejala klinis menghilang. 

"Kalau dia merasa bahwa dirinya tidak enak badan, ada demam, meriang, atau ruam kulit, tentu dia harus melakukan isolasi mandiri. Dimungkinkan isolasi mandiri, tidak berkontak dengan banyak orang, itu yang paling penting sebetulnya," imbau Hanny. 

Hanny menjelaskan, biasanya ketika gejala sudah muncul, petugas kesehatan bakal melakukan pemeriksaan laboratorium menggunakan metode tes reaksi polimerase berantai (Polymerase Chain Reaction/PCR) dengan reagen khusus. 

Sama seperti tes PCR Covid-19, tes PCR untuk cacar monyet menyasar cairan pusat tenggorokan, darah, maupun cairan dari ruam kulitnya. Dari 3 sumber tes tersebut, tes yang berasal dari ruam atau lesi kulit mempunyai persentase sensitivitas yang paling tinggi. 

"Kita bisa ambil dari lentingnya dan bisa juga ambil dari yang ada nanahnya atau yang krusta. Jadi ketiga lesi itu kita ambil dan lakukan pemeriksaan dengan PCR. Pemeriksaan ini tidak lama dan cepat sekali terdiagnosis," sebut Hanny. 

Gejala cacar monyet 

Gejala cacar monyet hampir mirip dengan manifestasi yang ada pada infeksi virus lain, seperti cacar air dan herpes. 

Gejala prodromal yang paling umum terjadi adalah demam. Hanny menuturkan, sebanyak 62 persen dari total penderita cacar monyet merasakan demam, sementara 38 persen lainnya tidak merasa demam. 
Gejala kedua yang banyak dirasa penderita adalah limfadenopati alias membesarnya kelenjar getah bening lebih dari 1 sentimeter. Limfadenopati dirasakan oleh 56 persen penderita. 

Lalu, diikuti oleh gejala lainnya seperti letargi atau lemas, mialgia atau nyeri otot, sakit kepala, dan nyeri tenggorokan. 

"Setelah beberapa hari gejala prodromal, mulai muncul manifestasi kulit yang klasik, ada makula tapi merah, kemudian ada ruam vesiculopustural, ada lentingnya, seperti ada nanahnya, diikuti gejala subjektif yang nyeri," jelas Hanny. 

Cacar monyet adalah infeksi virus yang disebabkan oleh virus dari genus orthopoxvirus. Virus pertama kali ditemukan di Denmark pada tahun 1958. 

Kasus pertama cacar monyet pada manusia dilaporkan di Kongo, dan wabah pertama cacar monyet dilaporkan di Amerika Serikat (AS) pada tahun 2003. Hingga Agustus 2022, cacar monyet menyebar ke 88 negara termasuk Asia. 

Sebagai informasi, cacar monyet sudah masuk ke Indonesia sejak ditemukannya 1 kasus konfirmasi positif. Penderita adalah seorang laki-laki yang melakukan perjalanan luar negeri ke negara-negara yang merebak cacar monyet. 

Walaupun kasus pasien pertama cacar monyet di Indonesia sudah dinyatakan sembuh.***