Penanganan Kasus Cacar Monyet, Perlunya Isolasi di Rumah Sakit dan Langkah Pencegahan

Penanganan Kasus Cacar Monyet, Perlunya Isolasi di Rumah Sakit dan Langkah Pencegahan

WJtoday, Jakarta - Dalam penanganan kasus monkeypox atau cacar monyet, Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah mengonfirmasi bahwa isolasi mandiri tidak disarankan. Pasien yang terkonfirmasi cacar monyet harus diisolasi di rumah sakit yang memiliki fasilitas dan tenaga medis yang memadai untuk pemantauan.

Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi, dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, mengatakan bahwa isolasi di rumah sakit adalah prioritas. Isolasi ini dilakukan untuk memastikan perawatan yang adekuat dan pengendalian penularan penyakit.

1. Biaya Isolasi

Ngabila juga menjelaskan bahwa pemerintah tidak akan menanggung biaya isolasi langsung bagi pasien monkeypox atau cacar monyet. Namun, pasien yang membutuhkan isolasi di rumah sakit dapat memanfaatkan layanan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) atau asuransi swasta.

Hal ini penting untuk diperhatikan oleh pasien dan keluarganya agar dapat mempersiapkan sumber daya yang diperlukan selama masa isolasi di rumah sakit.

2. Penularan dan Kelompok Berisiko Tinggi

Penularan monkeypox disebabkan oleh kontak dengan pasien yang diduga memiliki kelainan orientasi seksual. Kasus-kasus ini sering terkait dengan kelompok berisiko tinggi, terutama dalam kasus ini, lelaki yang memiliki hubungan dengan lelaki (LSL).

Ngabila menjelaskan bahwa sejauh ini, sebagian besar kasus cacar monyet yang terjadi di Jakarta terkait dengan kelompok LSL. Kelompok ini juga memiliki risiko tinggi terhadap penyakit menular lain, seperti HIV.

3. Isolasi di Rumah Sakit dan Pencegahan

Hingga saat ini, sebanyak 29 pasien terkonfirmasi cacar monyet di Jakarta telah diisolasi di berbagai rumah sakit. Khususnya, pasien yang terpapar cacar monyet disarankan untuk tidak melakukan isolasi mandiri di rumah.

Dalam hal ini, pilihan isolasi di rumah sakit yang menerima BPJS atau dengan biaya pribadi atau asuransi swasta adalah yang paling direkomendasikan. Ini untuk memastikan pemantauan yang tepat dan perawatan medis yang sesuai.

Masa inkubasi cacar monyet, yaitu waktu antara tertularnya virus hingga munculnya gejala penyakit, bisa cukup panjang. Masa inkubasi monkeypox berkisar antara tiga hingga 21 hari, dengan durasi yang paling umum adalah 6 hingga 10 hari.

Cacar monyet dapat ditularkan melalui berbagai cara, termasuk droplet (percikan liur), dahak yang mencemari tangan, kontak kulit, kontak luka, cairan tubuh, dan bahkan melalui kontak seksual.

Masyarakat diimbau untuk tetap tenang namun waspada terhadap penyebaran cacar monyet. Ada beberapa langkah pencegahan yang dapat diambil:

- Menjaga kebersihan diri dengan menggunakan masker dan mencuci tangan secara teratur, terutama saat sakit atau berinteraksi dengan orang yang sakit.

- Hindari kontak fisik dengan individu yang sedang sakit, terutama jika mereka memiliki gejala seperti demam, ruam merah, luka, atau bengkak berisi cairan pada kulit.

- Saat berhubungan seksual, pastikan untuk menggunakan kondom, terutama jika pasangan memiliki gejala penyakit atau luka pada area genital atau memiliki infeksi menular seksual lainnya.

- Hindari kontak wajah dengan wajah, mulut, kulit, dan barang-barang pribadi yang digunakan oleh pasien cacar monyet, seperti alat mandi dan tempat tidur.

- Penerimaan vaksinasi monkeypox yang tersedia di Indonesia, terutama untuk kelompok berisiko tinggi.

Masyarakat diimbau untuk segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala cacar monyet, seperti demam, ruam berisi cairan, dan luka pada kulit, terutama jika ada benjolan. Kontak yang erat dengan kasus positif juga harus menjalani pemeriksaan laboratorium segera untuk deteksi dan pengobatan dini.

Penting untuk diingat bahwa tindakan pencegahan dan deteksi dini adalah kunci dalam mengatasi penyebaran monkeypox atau cacar monyet. Masyarakat perlu tetap waspada dan mengikuti pedoman kesehatan yang disarankan oleh otoritas kesehatan setempat.***