Ridwan Kamil: 5 Tahun Dibenahi Kini Air Sungai Citarum Berstatus Cemar Ringan

Ridwan Kamil: 5 Tahun Dibenahi Kini Air Sungai Citarum Berstatus Cemar Ringan

WJtoday, Bandung - Sungai Citarum merupakan sungai terpanjang dan terbesar yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Dengan memiliki nilai sejarah, ekonomi dan sosial yang penting bagi Kehidupan Masyarakat Jabar

DAS Citarum sejauh ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat disekitarnya, seperti untuk kebutuhan rumah tangga, irigasi, pertanian, peternakan dan industri

Sebelumnya diketahui Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum telah terjadi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang mengakibatkan kerugian dari berbagai aspek.

Sejak awal program Citarum Harum pada 2018 lalu dicanangkan, kualitas Air (IKA) Citarum berada pada angka 33,43 poin dan berstatus cemar berat.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Saat ini kondisi pencemaran Sungai Citarum sudah masuk kategori cemar ringan setelah lima tahun dibenahi lewat program Citarum Harum.

“Sekarang di 2023 ini sudah cemar ringan. Cemar ringan itu angkanya membaik. Lompat dari 30an ke 51,” kata Ridwan Kamil di Bandung, usai rapat evaluasi Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai (PPK DAS) Citarum bersama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Selasa, 29 Agustus 2023.

Ridwan Kamil mengatakan rapat evaluasi di ujung masa jabatannya sebagai gubernur tersebut sekaligus melaporkan kondisi terkini Sungai Citarum.

“Pak Luhut mengecek progres Citarum, kebetulan di akhir jabatan saya yang tinggal beberapa hari lagi,” kata dia.

Ridwan Kamil mengklaim perbaikan Sungai Citarum sudah makin membaik meskipun anggaran yang diberikan hanya 10 persen dari proyeksi kebutuhan anggaran untuk pembenahan daerah aliran sungai yang membentang dari Kabupaten Bandung hingga bermuara di Laut Jawa.

“Jadi selama 5 tahun lebih ini sebenarnya kebutuhan untuk membuat Citarum kembali menjadi sungai yang sangat baik dan jernih itu butuhnya Rp 36 triliun, tapi anggaran yang kita miliki selama sekian waktu hanya Rp 3 triliun, hanya 10 persen. Walaupun hanya 10 persen, kerja-kerjanya sangat luar biasa,” kata dia.

Menurut Ridwan Kamil, indikator pencemaran Sungai Citarum sebenarnya sempat menyentuh angka 55 poin di masa pandemi Covid-19.

“Waktu Covid di 2020 akhir kita sempat menyentuh 55 poin, tapi setelah ada relaksasi ekonomi turun lagi tapi masih kategori cemar ringan,” ujarnya.

Target Program Citarum Harum dipatok dalam Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Daerah Aliran Sungai Citarum.

Target capaian kualitas air dalam program yang dijalankan dalam 7 tahun hingga 2025 tersebut berada di angka 70 poin atau masuk kategori mutu air kualitas kelas 2.

Ridwan Kamil mengatakan satu-satunya indikator yang diakuinya paling rendah capaiannya adalah penertiban keramba jaring apung di sejumlah waduk di sepanjang DAS Citarum.

“Dari target penertiban 141 ribu unit baru tercapai 14,29 persen. Ini ada dinamika Covid. Jadi pada saat Covid, kami tidak banyak melakukan penindakan sehubungan dengan krisis ekonomi sehingga kami turunkan sedikit tensinya, tapi setelah ini kita akan diskusikan untuk sesuai target kita,” kata dia.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga menyoroti tentang target pengurangan keramba jaring apung (KJA) yang belum optimal.

“Yang merah cuman satu, keramba jaring,” kata dia.

Luhut menyampaikan selama program Citarum Harum dimulai sejak 2018 dan renaksi 2019, pengurangan KJA di Tiga waduk di Citarum baru 14 persen Atau 20.000 an KJA dari 141.000 target.

Menurut Luhut, PPK DAS Citarum dapat belajar dari penataan Danau Toba. Di sana KJA teratur terpadu. Pemilik dan pemerintah melakukan perjanjian pengurangan KJA sesuai dengan kapasitas atau saya tampung danau.

"Di sini ada Jatiluhur misalnya, nanti KJA penempatannya tidak boleh sembarangan. Saya minta komandan sektor yang ada KJA nya turut memperhatikan itu," ujar Luhut usai kunjungan ke DAS Citarum dan juga Rapat Koordinasi Citarum Harum di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (29/8/2023).

Sambil menunggu musim kemarau berakhir, Luhut meminta agar dilakukan pembersihan sampah dan pengerukan di sepanjang bantaran Sungai Citarum.

“Ini masih musim kering, ini akan kering terus sampai September-Oktober, November baru mulai nanti basah. Jadi ada dua bulan akan kering, saya kira ada waktu untuk membersihkan sungai sehingga kalau musim hujan, airnya mengalir lancar,” kata dia.***