Rusia Sebut 4 dari 10 Tentara Bayaran Ukraina Asal Indonesia Tewas Sejak Februari 2022

Rusia Sebut 4 dari 10 Tentara Bayaran Ukraina Asal Indonesia Tewas Sejak Februari 2022

WJtoday, Jakarta - Kementerian Pertahanan Rusia merilis data jumlah 'tentara bayaran asing' yang tewas saat berperang untuk Ukraina sejak Februari 2022. Disebutkan terdapat warga negara Indonesia yang ikut dalam perang itu, dan sebagian di antaranya ada yang meninggal.

Melansir dari BBC, Jumat (15/3/2024), dalam data tersebut sedikitnya 13.387 "tentara bayaran" telah bertolak ke Ukraina untuk bertempur demi Kyiv. Dari jumlah itu, sebanyak 5.962 di antara mereka dikonfirmasi telah tewas dibunuh.

Dalam data tersebut, yang juga dirilis Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, sebanyak 10 warga negara Indonesia telah bergabung dengan militer Ukraina dan empat di antara mereka telah tewas. 

Kemlu RI Respons Klaim Rusia soal 10 WNI Jadi Tentara Bayaran Ukraina

Rusia mengklaim ada 4 dari 10 warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi tentara bayaran Ukraina dan tewas saat perang sejak Februari 2022. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) merespons klaim tersebut.

"Informasi tersebut perlu didalami lebih lanjut," kata Juru Bicara Kemlu RI, Lalu Muhammad Iqbal, saat dikonfirmasi wartawan, Jumat (15/3/2024).

Mengutip BBC Indonesia, Kementerian Pertahanan Rusia telah merilis data jumlah 'tentara bayaran asing' yang berperang untuk Ukraina sejak Februari 2022.

Dalam data tersebut, yang juga dirilis Kedutaan Besar Rusia di Jakarta, ada 10 warga negara Indonesia yang dinyatakan telah bergabung dengan militer Ukraina dan empat di antara mereka telah tewas 'dihabisi' Rusia.

Lalu M Iqbal menyebut data-data yang diungkapkan perlu ditanyakan ulang kepada Rusia.

"Silakan bertanya kepada Rusia mengenai data yang mereka miliki," kata Iqbal.

Berdasarkan data yang diungkapkan Rusia, sedikitnya 13.387 'tentara bayaran' telah bertolak ke Ukraina untuk bertempur demi Kyiv. Dari jumlah itu, sebanyak 5.962 di antaranya dikonfirmasi telah tewas dibunuh.

Rusia mengklaim Polandia merupakan negara dengan jumlah 'tentara bayaran' terbesar, yaitu 2.960 orang. Lebih dari separuhnya, 1.497 orang, tewas dalam pertempuran.

Amerika Serikat adalah negara pengirim prajurit asing terbesar kedua, yakni 1.113 orang. Setidaknya 491 orang di antaranya telah tewas, menurut perkiraan militer Rusia, yang dikutip media Russia Today.

Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia, Vasyl Ivanovich Hamianin, meminta para wartawan bertanya kepada pihak Rusia soal fakta dan bukti dari data tersebut.

"Orang-orang Rusia membuka mulut hanya untuk melontarkan kebohongan. Dasar para pembohong," sebutnya.

Gaji Tentara Bayaran Ukraina

Lantas berapa gaji 'tentara bayaran' Ukraina ini? Apakah mereka yang gugur juga mendapatkan kompensasi?

Perlu diketahui, sebelumnya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky membuka batalyon militer yang berisi warga negara asing dengan nama Legiun Internasional Pertahanan Teritorial Ukraina (ILDU). Melalui kelompok inilah warga negara asing dapat mendaftar menjadi 'tentara bayaran' Ukraina.

Bahkan untuk menarik minat dan memudahkan proses rekrutmen anggota legiun ini, pemerintah Ukraina telah membuka situs resmi yang bisa diakses oleh calon 'tentara bayaran'. Dalam situs itu terdapat informasi lengkap mengenai cara mendaftar hingga upah yang bisa diterima anggota legiun.

Disebutkan para tentara bayaran ini berhak untuk mendapatkan gaji sekitar US$ 600-3.300 atau setara dengan Rp 9,36-51,48 juta per bulan (kurs Rp 15.600/dolar AS). Gaji anggota legiun ini akan dibayarkan melalui bank lokal Ukraina.

"Anda mendapatkan gaji standar seorang tentara Ukraina dan itu bervariasi tergantung pada kondisi layanan. Pembayaran Anda akan dilakukan dalam mata uang yakni hryvnia (UAH) ke rekening bank lokal," tulis situs ILDU.

"Perkiraan jumlah dalam US$ adalah sebagai berikut: US$ 600 per/bulan di belakang garis depan, US$ 1200 per/bulan untuk layanan di zona berbahaya, dan US$ 3.300 per/bulan untuk penempatan tempur," terang situs itu lagi.

Namun perlu diingat bahwa angka-angka tersebut merupakan perkiraan upah para 'tentara bayaran' dalam dolar karena nilai tukar dapat berubah dan beberapa unit juga berpeluang menerima bonus tambahan.

Di luar itu, para anggota legiun ini juga berhak mendapatkan kompensasi jika terluka selama bertugas berupa perawatan medis gratis. Sedangkan bagi mereka menderita cacat fisik karenanya juga akan mendapatkan pembayaran khusus.

Sedangkan mereka yang gugur di medan perang, pemerintah Ukraina akan memberikan kompensasi sebesar 15 juta hryvnia atau kurang-lebih setara dengan US$ 400.000. Jika dirupiahkan berarti besaran kompensasi ini mencapai Rp 6,24 miliar.

"Keluarga tentara yang gugur menerima kompensasi sebesar UAH 15 juta, yang jika diubah menjadi lebih dari US$ 400.000. Keluarga dekat tentara yang gugur harus membuka rekening bank dan menyerahkan dokumen yang diperlukan di Ukraina dan menerima kompensasi," tulis situs tersebut.

Selama mengabdi, status anggota legiun ini sendiri bukanlah 'tentara bayaran' melainkan prajurit resmi Angkatan Bersenjata Ukraina. Untuk itu setiap WNA yang ingin mencalonkan diri selalu diimbau untuk memeriksa undang-undang negara asalnya terkait ketentuan bertugas di kesatuan militer negara lain.

"Anda akan menjadi prajurit resmi Angkatan Bersenjata Ukraina, sama seperti semua warga Ukraina dan non-warga negara lainnya yang dengan berani mengabdi. Namun, kami sangat menyarankan untuk memeriksa undang-undang setempat tentang sikap negara bagian Anda terhadap orang-orang yang bertugas di militer negara lain," jelas ILDU.

Sementara itu, berdasarkan laporan kantor berita Rusia Tass, disebutkan 'tentara bayaran' asing yang berjuang untuk Ukraina dibayar antara 30.000 dan 100.000 hryvnia per bulan atau setara dengan US$ 820-2.734. Jika dirupiahkan, besaran upah yang diterima tentara bayaran Ukraina ini berada di angka Rp 12,79-42,65 juta per bulan.

"Berdasarkan hasil penyelidikan, rezim Kiev dengan dukungan kolektif Barat mendorong partisipasi tentara bayaran dalam aksi tempur di pihak Ukraina, yang dilarang oleh norma internasional," kata Ketua Komite Investigasi Rusia Alexander Bastrykin dalam wawancara dengan TASS pada Senin (20/2/2023) lalu.

"Kami telah menetapkan urutan perekrutan, pelatihan dan partisipasi dalam aksi tempur dengan jumlah pembayaran bonus berkisar antara 30.000 dan 100.000 hryvnia (antara $820 dan 2.734)," terangnya lagi.