Banjir, Jalan Rusak, hingga Persoalan Sampah Jadi Masalah di Cirebon yang Kerap Dikeluhkan Masyarakat

Banjir, Jalan Rusak, hingga Persoalan Sampah Jadi Masalah di Cirebon yang Kerap Dikeluhkan Masyarakat

WJtoday, Cirebon - Ada lima masalah di Kabupaten Cirebon Jawa Barat yang kerap dikeluhkan masyarakat. Persoalan itu, tentu menyangkut kepentingan publik yang dirasakan tiap hari. Mulai dari jalan rusak, banjir di musim hujan, macet hingga persoalan sampah.

Berikut lima persoalan di Cirebon yang berhasil dihimpun dilansir dari berbagai sumber yang dikeluhkan masyarakat dan pantauan di lapangan.

1. Jalan Rusak
Jalan rusak di Kabupaten Cirebon sudah menjadi perbincangan publik sejak lama, dari massa pandemi Covid-19 tahun 2021 hingga 2023 tahun ini. Dan kini kondisi jalan rusak makin parah di tengah musim hujan.

Jalan berlubang membentuk kubangan yang cukup dalam membuat badan jalan berbahaya dilintasi kendaraan terutama sepeda motor.

Karena, jika tidak hati-hati bisa jatuh dan juga berpotensi menimbulkan kecelakaan laluliintas.

Kondisi jalan rusak di Kabupaten Cirebon hampir menyeluruh dari timur hingga barat, dirasakan warga di tiap kecamatan hingga pelosok desa. Terjadi sejak pandemi Covid-19.

Sejak serangan virus Corona yang merenggut banyak korban jiwa, kondisi jalan rusak tidak menjadi skala prioritas.

Sebab, ada kebijakan dari pemerintah pusat yang lebih penting yakni penanganan Covid-19. Sehingga ada kebijakan recofusing anggaran.

Recofusing anggaran, berimbas pada sektor lainnya termasuk perbaikan jalan. Alhasil, jalan rusak belum mendapat porsi anggaran untuk dilakukan perbaikan.

Masyarakat berharap, setelah pandemi Covid-19 berlalu, pemerintah daerah, provinsi hingga pusat segera memperbaiki jalan rusak.

2. Macet

Kemacetan antara Kedawung-Plered Kabupaten <a href='https://www.westjavatoday.com/tag/cirebon'>Cirebon</a>.
Kemacetan di jalan raya juga dikeluhkan masyarakat Cirebon. Persoalannya, makin banyak orang yang memiliki mobil tapi tidak diikuti dengan perluasan jalan atau penambahan jalan-jalan baru.

Sehingga, volume kendaraan menumpuk. Biasanya terjadi pada jam-jam sibuk seperti di waktu pagi dan sore.

Pagi hari adalah jam masuk anak sekolah dan pekerja kantoran. Dan sore hari adalah waktu pulang sekolah dan pekerja kantoran.

3. Banjir

ILUSTRASI banjir Waled Kabupaten <a href='https://www.westjavatoday.com/tag/cirebon'>Cirebon</a>.*
Banjir di Cirebon adalah masalah yang terjadi dari tahun ke tahun setiap musim hujan.

Ada tiga penyebab yang membuat Cirebon sering banjir. Poin utamanya, karena Cirebon berada di daerah hilir.

Maka, jika intensitas hujan tinggi, debit Cisanggarung deras karena daerah hulu yakni Kuningan hujan ditambah kondisi air laut pasang atau rob maka Cirebon banjir.

Daerah-daerah di Kabupaten Cirebon yang menjadi langganan banjir, wilayah timur yakni Waled, Ciledug, Pasaleman, Losari, Pangenan, Astanajapura, Lemahabang dan Mundu.

Sedangkan wilayah barat yakni Panguragan, Ciwaringin, Susukan, Arjawinangun, Gegesik, Palimanan dan Kaliwedi.

4. Kekeringan
Kondisi ini kebalikan dari banjir. Jika musim hujan Cirebon banjir maka jika kemarau mengalami kekeringan.

Bahkan, jika kemarau berkepanjangan, sejumlah waduk atau setu seperti Setu Patok, Setu Sedong dan sungai mengalami kekeringan bahkan tanpa air.

Kondisi itu juga membuat petani kesulitan untuk menyirami padi. Bukan hanya itu, warga juga kesulitan mendapatkan air bersih.

5. Sampah
TUMPUKAN sampah di tanggul irigasi sungai Desa Prajawinangun Kulon Kecamatan Kaliwedi Kabupaten <a href='https://www.westjavatoday.com/tag/cirebon'>Cirebon</a>, Senin (13/2/2023).*
Masalah sampah juga menjadi keluhan masyarakat Kabupaten Cirebon. Bahkan, pemerintah daerah setempat harus pikir otak bagaimana mengatasi masalah sampah tanpa menimbulkan masalah baru.

Betapa tidak, produksi sampah rumah tangga dalam sehari mencapai 1.200 ton perhari. Jika masalah ini tidak ada solusi, maka sampah bisa berceceran di mana-mana.

Namun belum lama ini, ada sebuah solusi menggembirakan. Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon menggandeng pihak ketiga untuk menyelesaikan persoalam sampah.

Pihak ketiga itu yakni PT Reciki Solusi Indonesia. Perusahaan tersebut memiliki teknologi pemilah sampah sesuai karakteristiknya.

Dari hasil pengolahan sampah, nantinya menjadi berbagai produk energi alternatif.

Konon, jika teknologi ini sudah dioperasikan di TPA Kubangdeleg, maka bisa mengolah sampah hingga 500 ton per hari.***