Diburu Gen Z, Penjualan Handphone 'Jadul' Meningkat

Diburu Gen Z, Penjualan Handphone 'Jadul' Meningkat

WJtoday, Jakarta - Penjualan handphone jadul sedang meningkat di Amerika Serikat, bahkan pembelinya justru para anak muda.

Pasalnya penjualan handphone jadul yang meningkat di Negeri Paman Sam ini karena para Generasi Z (kelahiran 1997-2012) di negara itu banyak memburunya. 

Perusahaan, seperti HMD Global yang membuat ponsel Nokia, belakangan terus menjual jutaan perangkat seluler yang mirip dengan produk di awal tahun 2000-an.

Di AS, penjualan handphone flip fitur oleh HMD Global naik pada 2022, dengan puluhan ribu terjual setiap bulan.

Di sisi lain, penjualan ponsel berfitur seperti GPS atau hotspot, turun. 

Banyak orang melihat pergeseran angka pejualan itu sebagai kemungkinan anak muda di AS kembali ke handphone jadul yang minimalis.

“Saya pikir Anda bisa melihatnya dengan populasi Gen Z tertentu, mereka bosan dengan smartphone masa kini,” ujar pengamat gawai USA, Jose Briones, melansir Techspot.

“Mereka tidak tahu apa yang terjadi dengan kesehatan mental dan mereka berusaha melakukan pengurangan,” sambungnya.

The Conversation memberitakan, terdapat beberapa alasan mengapa anak muda yang kerap menggunakan ponsel canggih, tiba-tiba memilih membeli gawai jadul. 

“Kemungkinan, anak muda membeli handphone jadul karena terbawa nostalgia yang membangkitkan kenangan masa lalu dalam berkomunikasi seluler,” tulis laporannya.

Di sisi lain, alasan anak muda membeli handphone jadul karena detoksifikasi digital dan mengurangi waktu menatap layar. 

Detoktifikasi digital dapat membuat anak muda mulai berfokus pada hubungan di dunia fisik dan mengurangi stres. 

Apalagi, penggunaan ponsel berlebihan, dapat mengakibatkan sejumlah efek samping berbahaya, seperti gangguan tidur. 

Selain itu, gawai juga berbeda dengan ponsel jadul.

Sebab, perangkat ini memiliki daftar panjang fitur canggih, seperti kamera, GPS, serta berbagai aplikasi yang semuanya menyimpan dan mengakses daftar data pribadi. 

“Bahkan, data pribadi untuk iklan bertarget ini selaras dengan kekhawatiran banyak orang bahwa datanya perusahaan atau platform daring kumpulkan dan gunakan,” lanjut sumber yang sama.***