Volodymyr Zelensky, Mantan Aktor Komedi yang Kini Jadi Presiden Ukraina dan Harus Melawan Rusia

Volodymyr Zelensky, Mantan Aktor Komedi yang Kini Jadi Presiden Ukraina dan Harus Melawan Rusia

WJtoday, Jakarta - Kantor kepresidenan Ukraina sedang panik. Ini terjadi sebelum Rusia melakukan operasi militernya. Volodymyr Zelensky baru saja terpilih sebagai presiden, dan ia bingung bagaimana mengurus negara.

Suatu hari ia kedatangan Menteri Pertahanan, yang merupakan sahabat lama sang presiden. Sang Menteri panik, ia tidak tahan dengan segala tekanan terhadapnya atas anggaran militer yang membengkak.

Dengan tenang Zelensky memberikannya obat penenang, dan menyuruhnya pergi.

Tak lama kemudian, Menteri Keuangan masuk. Dengan bawelnya, ia mengeluh kepada Zelensky tentang kondisi perbankan yang sudah gawat. Gayanya masih ceriwis, seperti saat ia belum bercerai dari Zelensky.

Dengan tenang Zelensky pun memberikannya obat penenang, dan menyuruhnya pergi.

Terakhir adalah Menteri Luar Negeri. Ia juga adalah sahabat Zelensky. Putus asa karena tidak tahu bagaimana berbicara di depan publik, ia menghadap ke sang presiden.

Seperti biasa, obat penenang pun diberikan. Sang Menteri pun pergi meninggalkan kantor Kepresidenan.

Tiga kisah di atas bukanlah hoax. Benar-benar "terjadi" di kantor Kepresidenan Ukraina. Tepatnya pada tahun 2015. Saat film The Servant of The People (Sluha Narodu) menjadi hits di media televisi.

Serial televisi tersebut digemari karena berbentuk komedi satir tentang kondisi pemerintahan yang korup. Zelensky yang menjadi produser sekaligus pemeran presiden pun menjadi terkenal.

Hanya dalam waktu dua tahun, serial ini telah ditonton oleh 22,7 juta pemirsa di Youtube. Meskipun mendapat sambutan yang baik dari rakyat Ukraina dan warga dunia, tetap saja Zelensky tidak puas.

Kritikan dan sindiriannya tidak dapat mengubah peta politik Ukraina yang korup. Akhirnya Zelensky pun memutuskan untuk terjun ke dunia politik pada 2018. Ia membentuk partai politik dan membiayainya sendiri.

Nama yang ia pilih sesuai dengan judul filmnya, "Servant of The People." Artinya "Pelayan Rakyat."

Setelah satu tahun mendirikan partai Servant of the People, Zelensky pun mencalonkan diri sebagai presiden. Keptusannya menghebohkan rakyat Ukraina.

Bukanlah perkara mudah melawan petahana, Petro Poroshenko. Sosok yang ia singgung dalam lawakannya.  

Sang petahana juga menganggap remeh lawannya. Zelensky tidak punya pengalaman dalam dunia politik. Tapi, mungkin Poroshenko tidak pernah melihat film Servant of The People.

Dalam serial tersebut, disebutkan jika Zelensky adalah mantan guru sejarah. Dalam pemilu, ia berhasil meraup 67% suara. Konsepnya sederhana, rakyat telah muak dengan segala praktik oligarki pemerintah.

Nyatanya itulah yang terjadi pada pemilu Ukraina 2019. Kepercayaan publik terhadap pemerintahan Poroshenko telah menurun. Atas dasar alasan yang sama, sudah muak dengan korupsi dan nepotisme.

Zelensky dianggap sebagai pilihan yang lebih baik. Visi-misinya terhadap negara telah ia kisahkan dengan sangat jelas melalui filmnya. Meskipun itu hanyalah lawakan.

Pada 21 April 2019, prediksi dalam serial Servant of The People pun menjadi kenyataan. Bahkan lebih baik lagi. Zelensky berhasil meraup suara sebanyak 73%. Lawannya, Poroshenko hanya berhasil mengumpulkan 24,4% saja.

Pada 20 Mei 2019, Zelensky pun dilantik menjadi presiden Ukraina.

Dua tahun telah berlalu setelah Zelensky menjadi presiden Ukraina. Dengan segala pengalaman dan keahlian politik yang ia miliki, kini negaranya dalam bahaya. Rusia telah mengerahkan pasukannya untuk menyerbu Ukraina.

Pemerintahan Zelensky tidak bisa berbuat banyak. Meskipun aksi Rusia mendapat banyak kritikan, dan Ukraina mendapat banyak dukungan, tapi tidak ada yang benar-benar membantu.

Negara-negara barat hanya duduk diam, mengirimkan helm dan senjata. Mereka enggan terlibat.

Zelensky pun duduk termenung. Ia merasa sepi sendiri, ditinggalkan oleh sekutu-sekutunya yang ia kira akan membantunya. Nyatanya tidak demikian.

Mungkin saja dunia lupa jika Zelensky dan partai Servant of The People sudah bukan tontonan lagi. Ia telah berwujud nyata dan berada di Ukraina. Menentukan masa depan rakyatnya yang kini terancam bahaya.

Entah apakah rakyat Ukraina menyesal telah memilih Zelensky. Tapi, bisa saja Zelensky-lah yang menyesal terjun ke dunia politik yang kejam.

Saat memenangkan pemilihan presiden Ukraina tiga tahun silam, Volodymyr Zelensky mungkin tak menyangka dirinya akan menjadi panglima tertinggi dalam perang melawan negara tetangga, Rusia.

Kendati demikian, mantan aktor dalam serial komedi ini menyadari bahwa dirinya mewarisi pemberontakan di wilayah timur Ukraina. Saat itu, ia berjanji akan mengakhiri perang dengan kelompok separatis yang didukung Rusia di perbatasan timur negaranya.

Karena itu, sejak berkuasa pria berusia 44 tahun tersebut meminta agar NATO menerima Ukraina sebagai anggota. Hal ini memicu kemarahan Presiden Rusia Vladimir Putin kepada Zelensky yang berujung serangan Rusia pada Kamis 24 Februari 2022.

"Rusia dengan licik menyerang negara kita pagi ini seperti dilakukan Nazi Jerman saat Perang Dunia II. Rusia telah memulai cara kejahatan, tapi Ukraina membela diri dan tidak akan melepaskan kemerdekaan, tidak peduli apa yang dipikirkan Moskow," kata Zelensky, dalam pidatonya.

Bagi sebagian pihak, Zelensky gagal menjadikan Ukraina anggota NATO dan kini mengandalkan kekuatan sumber daya di dalam negeri melawan militer Rusia yang di atas kertas lebih unggul dalam semua segi.

Namun, Zelensky mendapat pujian dari para pemimpin Barat atas ketenangan dan seruannya kepada warga Ukraina untuk tidak panik, meski Rusia menempatkan hingga 150 ribu pasukan di dekat perbatasan.

Sebuah kelebihan ketika ia bisa dibilang tak punya pengalaman memimpin negara di masa perang. Dia menjadi terkenal dalam serial televisi 'Servant of the People', berperan sebagai guru sekolah yang jujur.

Nasib mengubah perjalanan hidupnya dengan terpilih sebagai presiden. Saat itu dia diuntungkan atas ketidakpuasan publik terhadap elite politik korup Ukraina, sehingga meraih kemenangan mutlak atas pesaing utama seorang pengusaha kaya, Petro Poroshenko, dalam pilpres pada April 2019.

Ditanya oleh Reuters menjelang pemilihan bagaimana dia berbeda dari calon presiden lainnya, Zelenskiy menunjuk ke wajahnya, dengan mengatakan: "Ini adalah wajah baru. Saya belum pernah terjun ke dunia politik."

"Saya tidak menipu orang. Mereka mengidentifikasi saya karena saya terbuka, saya terluka, saya marah, saya kesal. Jika saya tidak berpengalaman dalam sesuatu, saya tidak berpengalaman. Jika saya tidak tahu sesuatu, aku dengan jujur mengakuinya."

Setelah memenangkan kursi presiden dengan perolehan suara telak, dia berjanji untuk mengatasi korupsi yang merusak transisi Ukraina dari komunisme ke demokrasi.

Komedinya tidak cukup untuk mengubah kehidupan di Ukraina. Sindirannya tajam, tapi tidak sebanding melawan Putin yang tidak pernah bercanda.

Hingga jika akhirnya ia menyerah, dan dibawa ke Rusia, Putin mungkin akan berujar kepadanya; "Lawakanmu sama sekali tidak lucu!"

Semoga perang di Ukraina akan segera berakhir dan membawa perdamaian di sana. Karena konflik yang berkepanjangan akan menimbulkan dampak yang tidak diinginkan oleh masyarakat dunia.***