Pemilu Bangladesh Memanas! Kala Partai Oposisi Dituding Teroris dan Pemicu Boikot

Pemilu Bangladesh Memanas! Kala Partai Oposisi Dituding Teroris dan Pemicu Boikot

WJtoday, Jakarta - Pemilu Bangladesh berlangsung panas. Perdana Menteri (PM) Bangladesh Sheikh Hasina melabeli partai oposisi sebagai teroris dan memicu boikot terhadap Pemilu.

Dilansir AFP, Minggu (7/1/2024), Hasina menyebut partai oposisi sebagai 'organisasi teroris' usai menyerukan boikot terhadap Pemilu yang dianggap palsu. Hasina pun mengklaim dirinya berusaha memastikan negaranya tetap demokratis.

Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) adalah satu dari puluhan partai yang menolak ikut serta dalam Pemilu yang digelar Minggu (7/1). Mereka mengatakan pemilu tersebut tidak bebas dan tidak adil.

Hasina pun berang. Dia melabeli partai oposisi itu sebagai teroris.

"BNP adalah organisasi teroris," kata Hasina kepada wartawan yang menunggunya usai menggunakan hak suaranya di Dhaka City College.

Para penentang Hasina menyerukan mogok umum pada akhir pekan. Mereka juga mendesak masyarakat tidak berpartisipasi dalam apa yang mereka sebut sebagai 'pemilu palsu'.

Namun, Hasina mengatakan pemungutan suara tetap dilakukan. Dia mengklaim Pemilu digelar secara adil dan meminta masyarakat untuk memberikan suara.

"Saya berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan demokrasi terus berlanjut di negara ini," kata Hasina.

"Pemilu akan bebas dan adil," tambahnya.

Oposisi Boikot Pemilu

Hasina telah memimpin pertumbuhan ekonomi pesat di negara yang pernah dilanda kemiskinan parah itu. Namun, pemerintahannya dituduh melakukan pelanggaran hak asasi manusia yang merajalela dan tindakan keras terhadap oposisi.

Setiap Pemilu saat dirinya berkuasa, partainya hampir tidak menghadapi saingan yang efektif dalam perolehan kursi yang diperebutkan. Namun partai Hasina, Liga Awami, menghindari mengajukan kandidat di beberapa daerah pemilihan agar membuat badan legislatif tak dicap sebagai lembaga satu partai.

Partai Nasionalis Bangladesh, yang telah hancur akibat penangkapan massal jelang Pemilu, menyerukan pemogokan umum pada akhir pekan ini. Mereka turut mendesak masyarakat untuk tidak berpartisipasi dalam apa yang mereka sebut pemilu 'palsu'.

Tanda-tanda awal pada hari pencoblosan menunjukkan jumlah pemilih akan rendah. Dua jam setelah pemungutan suara dimulai, hanya 111 orang yang telah memberikan suara dari hampir 4.200 orang yang terdaftar di salah satu TPS di barat Dhaka.

"Saya tidak berminat ikut serta dalam sandiwara ini. Saya lebih suka tinggal di rumah dan menonton film," kata salah satu warga, Shahriar Ahmed.

Beberapa pemilih juga mengaku diancam dengan penyitaan kartu tunjangan pemerintah jika menolak memberikan suara untuk Liga Awami.

"Mereka mengatakan karena pemerintah memberi kami makanan, kami harus memilih mereka," kata Lal Mia.

BNP dan partai-partai lain melancarkan protes selama berbulan-bulan pada tahun lalu. Mereka menuntut Hasina mundur sebelum pemungutan suara.

Partai oposisi itu mengklaim sekitar 25.000 kadernya termasuk seluruh pimpinan lokal BNP ditangkap. Sementara, pemerintah menyebutkan jumlah yang ditangkap 11.000 orang.

Protes-protes kecil dan tersebar terus berlanjut pada hari-hari menjelang pemilu - serupa dengan ratusan ribu protes yang terjadi pada demonstrasi tahun lalu.

Komisi pemilu mengatakan hampir 700.000 petugas polisi dan tentara cadangan telah dikerahkan untuk menjaga ketertiban selama pemungutan suara bersama dengan hampir 100.000 anggota angkatan bersenjata. Pemungutan suara akan tetap dibuka hingga pukul 17.00 waktu setempat.

Politik di negara dengan populasi terbesar kedelapan di dunia ini telah lama didominasi oleh persaingan antara Hasina, putri pemimpin pendiri negara tersebut, dan perdana menteri dua kali Khaleda Zia, istri mantan penguasa militer.

Hasina telah menuduh BNP melakukan pembakaran dan sabotase selama demonstrasi tahun lalu. Demo itu sebagian besar berlangsung damai, namun beberapa orang tewas usai ada konfrontasi polisi.

Sehari jelang Pemilu, tujuh anggota partai oposisi ditangkap karena diduga terlibat serangkaian kebakaran kereta api mematikan di Dhaka. BNP membantah bertanggung jawab dan menuntut penyelidikan internasional.

Kebakarna kereta itu terjadi pada rangkaian Benapole Express, Jumat (5/1). Lima orang tewas dalam peristiwa itu.***